Dua Bulan Sudah Keretaku Hilang


Hanya Inilah Foto Kenangangku Dengan Kaki Besi Itu 

Dua Bulan Sudah Keretaku Hilang



Malam ini tanggal 17 November 2018 tepat dua bulan sudah keretaku hilang kemalingan, kutulis cerita ini adalah untuk menjadi kenang kenanganku dengan kaki besi pemberian orang tua. Ya, pada tanggal 17 bulan September juga masih di tahun 2018 ini, malam itu adalah malam Senin, di mana bermula daripada kaki besiku hilang dicuri.

Tepat sudah dua bulan dari hilangnya keretaku, di malam Sabtu tanggal 17 November 2018 ini, tepat sudah dua bulan berlaku dan berlalu, waktu waktu terus berliku, namun belum juga ada bayang bayang untukku membeli, mengganti kaki besiku. Sedikit pun belum ada tanda tanda itu, aku tak tahu esok atawa lusa, yang pasti tentulah selalu berharap supaya ada kaki besi yang lainnya.

Memang sudah lebih dari satu tahun sebelum ia dicuri, kaki besi itu tidak bisa lagi kukunci stangnya, kunci starter keretaku itu sudah rusak, tapi untuk mengantisipasinya aku selalu memakaikan ia gembok, ia selalu kugembok pabila kutinggali atawa aku berada di kedai kopi mana pun di ibu kota ini.

Oleh kerananya, rakan rakanku sering berkata untukku, aku tahu memang mereka mereka itu bercanda. Mereka berkata tak kala aku mulai menaruh gembok dicakramnya, “Aaaalah, nyan nyan ragkem pih, taboh boh ple.” Aku tahu mereka bercanda dan kekadang aku tak hirau ada juga sesekali aku menjawab, “Oooo, bek mayang. Menyoe gadeh set mangat, lam minet jet gadeh, tapi bak tablo laen nah, bak tablo laen.”

Ya, sampailah seperti sekarang, kereta itu sudah hilang tepat dua bulan di malam ini, tapi seperti kukatakan di atas tadi. Entah, sampai kapan aku bisa menggantinya walaupun bukan dengan yang baru, entah, aku tak tahu. Aku tak tahu esok dan lusa, mungkin sahaja bahkan berharap sangat. Jelaslah sangat sangat berharap untuk ada yang lain.

Lagi pula, selama dua bulan ini, selama aku tak punya lagi kaki besi sendiri. Pergerakanku sangatlah terbatas, sangatlah terbatas untuk ke mana mana perlu. Kegiatan pun banyak yang tertunda, tak bisa pergi lagi ke tempat tempat tertentu sesuka hatiku, aku dan pergerakanku sudah terbatas untuk sa’at ini.

Bukan tak ada dari rakan rakanku yang baik hatinya, yang mahu mengantar dan menjemputku di tempat aku singgah, ada, tapi anda bisa bayangkan bagaimana perasaanku dan perasaan mereka. Bisa kita bayangkan itu. Dan sampai kapan? Nakeuh, kita manusia, kita punya rasa kesal, kita punya rasa jengkel.

Aku menulis cerita ini lagi pula kerana sudah lama juga aku tak menulis, kutulis cerita ini adalah untuk yang pertama, aku melatih diriku dalam hal tulis menulis, kedua aku ingin punya cerita dengan kaki besiku itu, ketiga aku juga manusia sebagaimana pun pandai menyimpan rasa, menjaga hati tetap jua aku ini manusia, aku punya rasa sedih. Dan yang terlebih daripada itu aku rindu pada kaki besiku.

Aku merindui masa masa di mana jika sahaja nak pergi ke mana mana tempat bisa seketika berpergi kerana punya kereta sendiri. Namun aku juga menyadari bahawa Allah SWT punya rencana yang lebih baik untukku, aku menyadari itu. semua kita tahu bahawa Allah SWT akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Juga kepada siapa sahaja yang telah mencuri keretaku, aku hanya ingin memberitahukan bahawa yang kauambil dariku itu adalah satu satunya kaki besi milikku dan aku tak sanggup untuk menggantikan itu lagi, aku belum sanggup.

Jua kudo’akan untuk kalian semoga apa yang kalian ambil dariku senantiasa bermanfa’at di dalam hidup dan bermanfa’at bahagi keluarga kalian, dan juga semoga Allah SWT mengampuni setiap silap, dosa dan salah kita di dunia ini, semoga.

Dua bulan sudah keretaku hilang dari pandangan mataku, dua bulan sudah ia berpisah denganku, dua bulan sudah ia berpindah tangan dari diriku, dua bulan sudah aku merinduinya, ia yang telah setia menemaniku di masa. Inilah sedikit kenang kenangan dariku untukmu, kaki besi yang amat kusayangi. Aku masih berharap di waktu kita bisa bertemu lagi.

Banda Aceh, Jum’at atawa malam Sabtu, pukul 00;45 WIB, 17 November 2018.      
    
Syukri Isa Bluka Teubai.

Post a Comment

0 Comments