Sebuah Novel;
"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"
Karya; Syukri Isa Bluka Teubai
-{({ 99 })}-
Sudahlah Bahagi Keduanya Halal
***
Sungguh
pemuda tersebut tiada lagi menghiraukan
pada perihal yang demikian. Sudahlah pada waktu yang tepat bahaginya adalah
untuk menghabiskan masa masanya itu, mengabdikan akan dirinya kepada Lela, kepada
kekasih yang amat sangat disayanginya.
Adapun
uang untuk mahar sebuah pernikahan demi halal bahaginya menikahi dan mengawini
akan dara pujaan itu iaitu, ia dapati daripada jawara pertama sayembara
penulisan ‘Cerita Rakyat’ yang diikutinya di beberapa bulan lalu.
Adalah
daripada jawara sayembara cerita rakyat tersebut dirinya memperoleh tambahan
uang untuk menikahi dan mengawini daranya adalah daripada hadiah akan lomba yang
diadakan oleh kementerian pendidikan yang yang berada di pulau Jawa sana.
Sedianya,
sebelum nak melamar Lela akan pemuda itu juga sudah menabung sedikit demi
sedikit akan uang jajan yang dikirim dari kampung oleh orang tuanya, walau
kiriman terkadang dua bulan sekali, walau kiriman itu sangatlah pas pasan
bahagi dirinya.
Namun ia
paksakan diri untuk dapat menyisihkan sedikit daripada yang sedikit itu di kala
waktu oleh kerana juga, Lela pun sudah pada semester tujuh di kuliahnya pada
sa’at itu, maka semenjak dari waktu ia sudah mulai mengumpulkan uang.
Juga kerana
ia sudah pernah berjanji pada Lela kekasihnya pemuda penyuka sastra tersebut
akan menikahinya jikalau dara Matang Glumpang Dua itu sudahlah lulus daripada
Strata Satu di kampusnya. Ia sudah tahu perihal harap yang diinginkan oleh
orang tua Lela, tidak boleh menikah dahulu sebelum memebawa pulang ijazah ke rumah.
Azis tahu
perihal itu, kerana daranya sudah pun memberitahukannya, dahulu dan adalah
sekarang ini akan kejadian daripada waktu telah berubah pada menjadi yang lain,
sungguh sudah berlaku di waktu ini tidak dapat, sudah tidak bisa dielakkan
lagi.
Seakan
masa ini tahu apa yang tengah dibutuhkannya, akan waktu di masa begitu berpihak
padanya, ia tiada pernah menyangka untuk sebuah kemenangan daripada lomba
menulis cerita rakyat tersebut. ia tiada pernah menyangka sekalipun.
-{({ 100 })}-
Sedianya
pemuda penyuka sastra itu sudah sepenuhnya berserah diri kepada Allah, berdo’a
dan hanya beruasaha sahaja, dengan rasa ikhlas yang luar biasa ia telah
menyerahkan semuanya kepada Allah SWT biarlah Allah yang menentukan segalanya,
bahagi kehidupannya.
Dan Sang
Pencipta seisi alam dunia ini selalu, setiap sa’at niscaya akan mendengar dan
membalas akan sekalian permintaan, sekalian do’a dan segala usaha usaha
daripada ummat-Nya itu. Niscaya Allah Ta’ala selalu akan mengabulkannya.
Walau banyak
daripada mereka, manusia manusia yang ummat-Nya itu jarang ada yang bahkan tak
sedikit dari sekalian hamba lupa untuk bersyukur dari setiap kenikmatan yang
sudah diberikan Tuhan kepada pribadi pribadi yang dimaksud.
Niat
baiknya tersebut untuk melamar dara pujaan itu tak terpikir olehnya akan
diterima orang tua Lela, serasa tiadalah nyata, terasa itu hanyalah sebuah
mimpi di siang hari bahagi Azis, terasa itu bagai pura pura sahaja.
Terasa
itu seperti bermain peran di dalam lakon sandiwara, bahkan di dalam sinetron
sahaja jarang ada akanpada cerita yang demikian. Azis benar benar tidak
menyangka akanpada hal itu adalah sudah menjadi kenyataan.
Dengan
serta merta ibu ayah Lela menerima dirinya untuk melamar, menikahi dan
mengawini anak mereka, Suci Lela di kala waktu. Dan tak henti henti ia
bersyukur kepada Allah SWT, kerana telah memudahkan jalan urusan di dalam
kehidupannya.
“Alhamdulillah ya Allah!”
“Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbi
‘alamin. Engkau sudah mendengar setiap do’a do’a hamba yang hina ini,” Azis terus
berucapkan kata kata syukur kepada Allah Ta’ala, ia tiada menyangka, ia tiada
pernah menduga akan diterima oleh orang tua Lela.
Terus,
terus dan terucap kalimat kalimat suci, terus terucap kata kata syukur di mulut
dan hatinya. Bersembah dalam sujud syukurnya, tiadalah sia sia semua usaha
usahanya, ia teringat lagi akan pesan orang tua Lela kepada anak perempuannya
itu, dahulu.
“Jangan menikah dulu sebelum membawa
pulang ijazah ke rumah,” begitulah dahulu ayah Lela berkata kepada anak dara
pertamanya tersebut.
-{({ 101 })}-
Tapi
itu, dahulu dan sekarang ini akan kata kata orang tuanya Lela bukanlah tiada berlaku
lagi. Namun Dia-lah Allah SWT yang maha kuasa lagi maha mengetahui, Ia-lah
Allah sang pemilik kehendak, pemilik janji, pemilik hati dan Allah-lah empunya
segala galanya.
“Terima kasih yang tak terhingga untukmu,
ayah.”
“Untukmu duhai ayah mertuaku yang telah
mempercayakan daku untuk memiliki, menemani hidup anakmu, yang telah mempercayakan
daku untuk mengarungi bahtera akan kehidupan ini dengan anak perempuanmu,” ucap
pemuda penyuka sastra itu di dalam hatinya.
“Terima kasih atas kebaikan, kepercayaan,
kerelaan akan kerelaan daripada kesungguhan ini dan semua yang telah engkau
pertanggung jawabkan padaku ini.”
“Terimakasih, segenap jiwa yang masih
dikandung raga ini akan kubaktikan untuk anakmu tulang rusukku. Senantiasa akan
menjaganya dalam setiap detik dan waktu.”
“Sepanjang masa dan usiaku berlaku,
senantiasa ia akan kujaga untukku dan untukmu. Ia hanyalah istriku dan ia
adalah anakmu, selama lamanya.”
“Bukanlah sekedar untuk berjanji
kepadamu, di hadapanmu akan tetapi tanggung jawab ini jua akan berlaku dan
dimintalah pertanggung jawabanku di hadapan Tuhan nanti.”
“Do’akan kami, do’akan kami.”
“Do’a do’a darimu sangat kami ingini,
kami anak anakmu. Tegurlah pabila ada silap dan salah, jangan sungkan sungkan
menasehati. Terima kasih ayah.”
“Insya Allah dengan Izin-Nya saya akan mampu
menjaga dan membimbing Lela, dara ceudah, anak ayah,” kata kata bersajak
keluarlah daripada benaknya, pemuda tersebut membatin di dalam hatinya sendiri,
ia mengikrarkan janjinya.
-{({ 102 })}-
Sebegitulah
ia, besar sangat akan tekatnya Azis, akan pemuda yang kini sudah menjadi ayah
daripada buah cintanya dengan Lela yang mereka berdua adalah tengah mengulang
kisah kasih antara keduanya, yang mereka tengah berada di atas balai bambu
beratap rumbia di malam Kamis ini.
Begitu
tidak masuk akal akanpada keputusannya yang tiba tiba sahaja terus ingin sekali
untuk menikahi Lela tak kala dara itu tengah ditimpa musibah, tak kala dara
ceudah tersebut belum pun sembuh daripada patah kakinya.
Memang
tidak masuk akal jika nak dipikir sekilas, sahaja, bahagi siapa siapa sahaja
yang menganggapnya tidak masuk akal akanpada Azis pemuda penulis yang secara
tiba tiba sahaja sudah berkesimpulan dengan sendirinya adalah untuk menikahi
dara Peunawanya di kala waktu.
Setelah acara
pernikahan yang sangat sederhana terlaksana di masjid Raya Baiturrahman, Banda
Aceh. Azis dan Lela belum tinggal bersama dalam satu atap rumah adalah mereka
masih tinggal di masing masing tempat.
Azis
masihlah tinggal di kosannya yang dahulu begitu pula dengan Lela, namun Azis
sekarang ini sudah bisa lebih leluasa untuk keluar masuk daripada kosan
istrinya tersebut. Tidak ada kata tidak boleh, lagi untuk menemui perempuannya sesuka
hati, kini.
Orang
orang yang tinggal di sekitaran kosannya pun sudah tahu bahawa keduanya itu Azis
Muhammad Zul dan Suci Lela sudah menjadi suami istri yang sah menurut agama.
Islam sudah menghalalkan bahagi mereka untuk berkumpul bersama.
Masa masa
seakan begitu sahaja terlewati, adik daripada ibunya Lela masih menemaninya
seperti biasa, sedianya memasak, mengurus perlengkapan dara itu dan begitu juga
dengan Fitri rakan satu rumah kosannya.
Hanya
sedikit sahaja ada perbedaan di sana, kini, yangmana sekarang Azis bisa lebih
leluasa pulang dan pergi ke kosan untuk mengurus adakalanya juga untuk menjenguk
Lela yang sudah menjadi kekasih halalnya itu.
Bersambung.....
Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda.
Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membaca.
Hoemat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Bluka Teubai, 22 Juni 2018.
0 Comments