Sebuah Novel; Elegi Berkasih di Bandar Darussalam {24}



Sebuah Novel;

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai

-{({ 99 })}-

Sudahlah Bahagi Keduanya Halal
***

     Sungguh pemuda tersebut  tiada lagi menghiraukan pada perihal yang demikian. Sudahlah pada waktu yang tepat bahaginya adalah untuk menghabiskan masa masanya itu, mengabdikan akan dirinya kepada Lela, kepada kekasih yang amat sangat disayanginya.

Adapun uang untuk mahar sebuah pernikahan demi halal bahaginya menikahi dan mengawini akan dara pujaan itu iaitu, ia dapati daripada jawara pertama sayembara penulisan ‘Cerita Rakyat’ yang diikutinya di beberapa bulan lalu.

Adalah daripada jawara sayembara cerita rakyat tersebut dirinya memperoleh tambahan uang untuk menikahi dan mengawini daranya adalah daripada hadiah akan lomba yang diadakan oleh kementerian pendidikan yang yang berada di pulau Jawa sana.

Sedianya, sebelum nak melamar Lela akan pemuda itu juga sudah menabung sedikit demi sedikit akan uang jajan yang dikirim dari kampung oleh orang tuanya, walau kiriman terkadang dua bulan sekali, walau kiriman itu sangatlah pas pasan bahagi dirinya.

Namun ia paksakan diri untuk dapat menyisihkan sedikit daripada yang sedikit itu di kala waktu oleh kerana juga, Lela pun sudah pada semester tujuh di kuliahnya pada sa’at itu, maka semenjak dari waktu ia sudah mulai mengumpulkan uang.

Juga kerana ia sudah pernah berjanji pada Lela kekasihnya pemuda penyuka sastra tersebut akan menikahinya jikalau dara Matang Glumpang Dua itu sudahlah lulus daripada Strata Satu di kampusnya. Ia sudah tahu perihal harap yang diinginkan oleh orang tua Lela, tidak boleh menikah dahulu sebelum memebawa pulang ijazah ke rumah.

Azis tahu perihal itu, kerana daranya sudah pun memberitahukannya, dahulu dan adalah sekarang ini akan kejadian daripada waktu telah berubah pada menjadi yang lain, sungguh sudah berlaku di waktu ini tidak dapat, sudah tidak bisa dielakkan lagi.

Seakan masa ini tahu apa yang tengah dibutuhkannya, akan waktu di masa begitu berpihak padanya, ia tiada pernah menyangka untuk sebuah kemenangan daripada lomba menulis cerita rakyat tersebut. ia tiada pernah menyangka sekalipun.

-{({ 100 })}- 

Sedianya pemuda penyuka sastra itu sudah sepenuhnya berserah diri kepada Allah, berdo’a dan hanya beruasaha sahaja, dengan rasa ikhlas yang luar biasa ia telah menyerahkan semuanya kepada Allah SWT biarlah Allah yang menentukan segalanya, bahagi kehidupannya.

Dan Sang Pencipta seisi alam dunia ini selalu, setiap sa’at niscaya akan mendengar dan membalas akan sekalian permintaan, sekalian do’a dan segala usaha usaha daripada ummat-Nya itu. Niscaya Allah Ta’ala selalu akan mengabulkannya.

Walau banyak daripada mereka, manusia manusia yang ummat-Nya itu jarang ada yang bahkan tak sedikit dari sekalian hamba lupa untuk bersyukur dari setiap kenikmatan yang sudah diberikan Tuhan kepada pribadi pribadi yang dimaksud.

Niat baiknya tersebut untuk melamar dara pujaan itu tak terpikir olehnya akan diterima orang tua Lela, serasa tiadalah nyata, terasa itu hanyalah sebuah mimpi di siang hari bahagi Azis, terasa itu bagai pura pura sahaja.

Terasa itu seperti bermain peran di dalam lakon sandiwara, bahkan di dalam sinetron sahaja jarang ada akanpada cerita yang demikian. Azis benar benar tidak menyangka akanpada hal itu adalah sudah menjadi kenyataan.

Dengan serta merta ibu ayah Lela menerima dirinya untuk melamar, menikahi dan mengawini anak mereka, Suci Lela di kala waktu. Dan tak henti henti ia bersyukur kepada Allah SWT, kerana telah memudahkan jalan urusan di dalam kehidupannya.

“Alhamdulillah ya Allah!”

“Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbi ‘alamin. Engkau sudah mendengar setiap do’a do’a hamba yang hina ini,” Azis terus berucapkan kata kata syukur kepada Allah Ta’ala, ia tiada menyangka, ia tiada pernah menduga akan diterima oleh orang tua Lela.

Terus, terus dan terucap kalimat kalimat suci, terus terucap kata kata syukur di mulut dan hatinya. Bersembah dalam sujud syukurnya, tiadalah sia sia semua usaha usahanya, ia teringat lagi akan pesan orang tua Lela kepada anak perempuannya itu, dahulu.

“Jangan menikah dulu sebelum membawa pulang ijazah ke rumah,” begitulah dahulu ayah Lela berkata kepada anak dara pertamanya tersebut.

-{({ 101 })}-   

Tapi itu, dahulu dan sekarang ini akan kata kata orang tuanya Lela bukanlah tiada berlaku lagi. Namun Dia-lah Allah SWT yang maha kuasa lagi maha mengetahui, Ia-lah Allah sang pemilik kehendak, pemilik janji, pemilik hati dan Allah-lah empunya segala galanya.

“Terima kasih yang tak terhingga untukmu, ayah.”

“Untukmu duhai ayah mertuaku yang telah mempercayakan daku untuk memiliki, menemani hidup anakmu, yang telah mempercayakan daku untuk mengarungi bahtera akan kehidupan ini dengan anak perempuanmu,” ucap pemuda penyuka sastra itu di dalam hatinya.

“Terima kasih atas kebaikan, kepercayaan, kerelaan akan kerelaan daripada kesungguhan ini dan semua yang telah engkau pertanggung jawabkan padaku ini.”

“Terimakasih, segenap jiwa yang masih dikandung raga ini akan kubaktikan untuk anakmu tulang rusukku. Senantiasa akan menjaganya dalam setiap detik dan waktu.”

“Sepanjang masa dan usiaku berlaku, senantiasa ia akan kujaga untukku dan untukmu. Ia hanyalah istriku dan ia adalah anakmu, selama lamanya.”

“Bukanlah sekedar untuk berjanji kepadamu, di hadapanmu akan tetapi tanggung jawab ini jua akan berlaku dan dimintalah pertanggung jawabanku di hadapan Tuhan nanti.”

“Do’akan kami, do’akan kami.”

“Do’a do’a darimu sangat kami ingini, kami anak anakmu. Tegurlah pabila ada silap dan salah, jangan sungkan sungkan menasehati. Terima kasih ayah.”

“Insya Allah dengan Izin-Nya saya akan mampu menjaga dan membimbing Lela, dara ceudah, anak ayah,” kata kata bersajak keluarlah daripada benaknya, pemuda tersebut membatin di dalam hatinya sendiri, ia mengikrarkan janjinya.

-{({ 102 })}-

Sebegitulah ia, besar sangat akan tekatnya Azis, akan pemuda yang kini sudah menjadi ayah daripada buah cintanya dengan Lela yang mereka berdua adalah tengah mengulang kisah kasih antara keduanya, yang mereka tengah berada di atas balai bambu beratap rumbia di malam Kamis ini.

Begitu tidak masuk akal akanpada keputusannya yang tiba tiba sahaja terus ingin sekali untuk menikahi Lela tak kala dara itu tengah ditimpa musibah, tak kala dara ceudah tersebut belum pun sembuh daripada patah kakinya.

Memang tidak masuk akal jika nak dipikir sekilas, sahaja, bahagi siapa siapa sahaja yang menganggapnya tidak masuk akal akanpada Azis pemuda penulis yang secara tiba tiba sahaja sudah berkesimpulan dengan sendirinya adalah untuk menikahi dara Peunawanya di kala waktu.

Setelah acara pernikahan yang sangat sederhana terlaksana di masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Azis dan Lela belum tinggal bersama dalam satu atap rumah adalah mereka masih tinggal di masing masing tempat.

Azis masihlah tinggal di kosannya yang dahulu begitu pula dengan Lela, namun Azis sekarang ini sudah bisa lebih leluasa untuk keluar masuk daripada kosan istrinya tersebut. Tidak ada kata tidak boleh, lagi untuk menemui perempuannya sesuka hati, kini.

Orang orang yang tinggal di sekitaran kosannya pun sudah tahu bahawa keduanya itu Azis Muhammad Zul dan Suci Lela sudah menjadi suami istri yang sah menurut agama. Islam sudah menghalalkan bahagi mereka untuk berkumpul bersama.  

Masa masa seakan begitu sahaja terlewati, adik daripada ibunya Lela masih menemaninya seperti biasa, sedianya memasak, mengurus perlengkapan dara itu dan begitu juga dengan Fitri rakan satu rumah kosannya.

Hanya sedikit sahaja ada perbedaan di sana, kini, yangmana sekarang Azis bisa lebih leluasa pulang dan pergi ke kosan untuk mengurus adakalanya juga untuk menjenguk Lela yang sudah menjadi kekasih halalnya itu.

Bersambung.....


Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda.

Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membaca.

Hoemat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Bluka Teubai, 22 Juni 2018.

Post a Comment

0 Comments