Sebuah Novel;
"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"
Karya; Syukri Isa Bluka Teubai
-{({ 95 })}-
Sudahlah Bahagi Keduanya Halal
***
Lela
sudah pun kembali ke kosannya daripada rumahnya yang berada di simpang Empat Glee
Kapai, kampung Raya Dagang, Matang Glumpang Dua, Bireun. Walau kakinya belum
sembuh total, mengingat apabila tidak kembali untuk kuliah lagi, berarti ia
harus mengambil non aktif untuk semester tujuh ini.
Berdasarlah
daripada persoalan, akanlah rugi jadinya, akanlah tiada sampai pada cita citanya
yang dahulu, bahkan menjadilah sirna akan daripada semua keinginannya itu. Bahpun
harus memakai tongkat ia tetap sedianya pergi ke kampus.
Bukan
satu bulan atawa dua bulan dara tersebut harus mengunakan alat bantu adakala tongkat
untuk ke kampus, akan tetapi adalah
beberapa bulan ia harus terus begitu, tiada dipedulinya akanpada rakan rakan
yang mengejeknya.
Walau
memang di hadapannya mereka, orang orang yang suka mengejek siapa sahaja,
manusia manusia yang memiliki sifat demikian tiada pernah berkata demikian
untuknya. Yang namun ia dan mungkin siapa sahaja yang tengah dan sudah
mengalami hal yang sama bisa merasakan akan hal tersebut dengan sendirinya.
Oleh
sabab Lela seorang yang rajin mengulang akan pelajaran, ia seorang anak yang
cerdas, maka dariitu sekalian rakan rakannya tiada berani mengata ngatainya
terang terangan mereka takut bahawa nantinya Lela tidak akan mahu membantu, memberi
jawaban di waktu ujian.
Perangai
yang seperti itu adalah pada mereka mereka, manusia manusia yang tak mampu bersaing
secara bersih di dalam kehidupan ini, rakan rakan yang demikian tetap melakukan
cara buruk bahkan cara yang terburuk sekalipun akan dicari demi merusak
kehidupan karibnya yang tak sanggup disaingi secara bersih, baik di dalam rupa,
mahupun pada yang lainnya.
Pernah
suatu hari, hampir sahaja ia terjatuh daripada tangga kampusnya oleh sabab
tersaruk akan tongkatnya. Untung sahaja akan hal yang tidak diinginkan itu tidak
terjadi. Ia bisa mengontrol dan mengembalikan keseimbangan diri pada tubuh yang
tengah diuji tersebut.
-{({ 96 })}-
Namun
walau bagaimanapun ia tetap sangat bersemangat untuk tidak pernah libur dalam
mengikuti sekalian mata kuliah di semester tujuh itu. Walau ianya tengah sakit, dan selama beberapa bulan
di kala waktu dara itu hanya memakai sebelah sahaja daripada sepatunya.
Kerana
memang pada kaki sebelah kiri tidak bisa dipakaikan akan sepatu sepatu itu,
masih belum sembuh dan terbalut akan kaki itu oleh perban, masihlah terbalut
akan kaki kiri itu dengan semen gipsum. Jadi perempuan tersebut hanya memakai
sepatu untuk kanannya sahaja.
Pernah
sekali waktu Azis disuruh untuk menjemput akan Suci Lelanya itu di kampus menggunakan
kereta, oleh sabab tukang becak langganan yang selalu mengantar-jemput daranya
setiap hari hari kuliah kebetulan berhalangan, tukang becak itu mendadak harus
pergi ke suatu tempat mengantar keluarganya.
Sesampai Azis
di kampus dan Lela dengan senyum bahagia menyambut kedatangan seorang lelaki
yang sangat spesial itu untuk menjemputnya pada hari tersebut. Lela ditemani
oleh beberapa rakan yang senantiasa selalu setia menemani kegiatan kegiatannya
di tempat kuliah itu.
Dan
kereta itupun diberhentikan tepat di samping dekat dengan Lela, supaya dara itu
tidak terlalu jauh berjalan untuk menaiki akan kerata itu. Dengan sigapnya Suci
Lela berdiri dan menopang tubuhnya dengan dua tongkat yang memang benar benar
ke mana sahaja ia pergi ditemani oleh tongkat tersebut.
Rakan rakannya
pun dengan sigapnya membantu dara itu untuk naik ke atas kereta, ada yang
memegang tongkatnya, ada yang menuntun dirinya ada yang memegang tasnya dan
setelah ia berada di atas kereta barulah tas dan tongkat dikasih kembali untuk
dirinya oleh rakan rakan yang senantiasa membantunya.
Sekilas
jikalau dara itu dilihat tak kala ia tengah duduk adakala di atas kursi atawa
tengah duduk di mana sahaja tempat, adalah seakan akan dirinya itu tiada kenapa
napa. Terlihat seperti biasa tidak terlihat seperti orang yang tengah patah
akan kakinya.
Inilah
kali pertama bahagi Azis berkesempatan untuk menjemput akan kekasih haramnya di
kampus di mana dara tersebut kuliah, dengan sangat berhati hati tak kala mengendarai
akan kereta dan pemuda tersebut pun sampai jua ke kosannya Lela yang berada di
komplek Padee Permai, Cot Iri, Ulee Kareng.
-{({ 97 })}-
Di sana
keduanya sudah ditunggui oleh tantenya Lela, yang saban hari menemani dirinya
di kosan, selain daripada rakan kosannya Fitri Al Fify. Adalah ia bersama tantenya
di kosan jika karibnya Fitri tengah masuk kuliah.
Setelah
hari itu, setelah kesempatan pertamanya untuk membawa pulang Lela ke kosannya
berhasil dilakukan akan Azis sangat sangat berkeinginan lagi untuk selalu bisa
menjemput Lela di kampusnya, bahpun dengan menggunakan kereta yang sungguh
sangat membahayakan daranya.
Akan membahayakan
akan perempuan yang tengah mengalami musibah iaitu patah tulang di kaki kirinya.
Namun begitulah adakala cerita kehidupan yang tengah dilakoni oleh mereka itu, akan
pengorbanan yang luar biasa di dalam hubungan cinta di antara keduanya.
“Coba sahaja, seandainya saya punya
mobil, pasti setiap hari akan menjemputmu.”
“Bukan tidak bersyukur atas semua yang
telah diberikan Allah SWT, tetapi saya sangat kasihan padamu Lela, apalagi
dengan keadaanmu yang seperti sekarang,” guman Azis di dalam hatinya.
Air
matanya kian indah mengaliri liang bola keindahan di pipi itu, pemuda penyuka
sastra tersebut terus teringat akanpada Lelanya yang begitu teguh dan sabar.
Padahalnya akan perempuan tersebut merupakan anak orang berada tetapi kesederhaan Lela luar
dari biasanya.
Dan dara
tersebut sangat menikmati bepergiannya ke kampus walau diantar-jemput oleh
becak mesin yang memang sudah disewa oleh orang tuanya untuk setiap sa’at
membawa dirinya ke kampus. Ia juga begitu menikmati akan perjalanan pulang
pergi dari kampus dengan kereta.
-{({ 98 })}-
“Sungguh akan pengorbananmu yang demikian
itu duhai, Lela, sangat pantas menjadi contoh bahagi siapa sahaja mereka yang
peka,” Azis kembali berguman sendiri.
“Walau untuk pekerjaan dunia engkau
begitu bersemangat adalah untuk pekerjaan akhiratmu, saya sangat yakin bahawa
engkau akan lebih daripada itu.”
“Yangmana kita hanya manusia biasa, belum
mampu sedemikian rupa untuk perbuatan dan melakukan pekerjaan yang lebih berat
lagi demi perbuatan yang mampu memperbanyak amal di akhirat nanti.”
“Kita masih pada tahap percobaan!” Azis
tengah sendiri di bawah pohon cemara yang mengelilingi Krung Lamnyong,
Darussalam.
Menuntut
ilmu wajib adanya, tergantung pada lingkaran mana yang disertai oleh masing
masing pelaku, tergantung si penuntut ia lebih suka apa daripada kemajuan yang
nak digelutinya untuk dirinya tersebut.
Niscaya akanpada
pahala yang didapati nanti juga tetap sama sahaja, terpulanglah semuanya pada kalimah
‘an-niah’ itu sendiri. Sebelum seseorang melakukan sesuatu nawaitunya
bagaimana, apa nawaitunya, maka ia akan mendapat dari apa yang dinawaitukannya
itu.
“Abang sungguh sayangkan Lela, sungguh
cintakan Lela,” pemuda yang tengah berada di bawah salah satu pohon cemara di
tepi Krueng Lamnyong, Darussalam, kembali berguman sendiri, suaranya serak.
Dengan
kesungguhan dan kemantapan akan niat di hati, pemuda itu memberanikan diri
bertemu ayah Lela. Inginnya meminta dara tersebut untuk dipinang, dinikahinya.
Hasrat itu telah bulat, dengan keyakinan yang seyakin yakinnya.
Dan
selebih daripada itu sudahlah dikembalikannya semua akan persoalan di kehidupan
nantinya itu, sudahlah dikembalikan semuanya kepada Allah Ta’ala, kerana hanya
Allah-lah sang penentu bahagi segala galanya, Allah-lah yang patut disembah
tidak ada yang lain daripada-Nya.
Ia bertemu
muka secara langsung dengan Ayah Lela, tiada dipikirnya lagi apa apa yang akan
berlaku ke hadapan nantinya. Diterima atawa ditolak ianya, ditertawai ianya ia
sudah tidak peduli lagi pada hal hal yang demikian.
Bersambung.....
Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda.
Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membaca.
Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 08 Juni 2018.
0 Comments