Sebuah Novel; Elegi Berkasih di Bandar Darussalam {10}



Sebuah Novel;

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai

-{({ 34 })}-


Balai Bambu Beratap Rumbia
***

Buku novel yang tengah menjadi bacaan yang juga tengah dielus elusnya di malam Kamis yang tiada berbintang, namun malam itu tetap sahaja masih terang walau dibalut jubah pekat akan kegelapan malam di kesempatan.

Adalah buku itu merupakan hasil daripada buah pikirnya sendiri, novel tersebut adalah ia yang menulisnya. Itulah buku, novel karyanya yang pertama sekali. Buku tersebut pun kini tengah dalam proses percetakan, adalah tengah dicetak untuk kedua kalinya.

Adakala akanpa cerita cerita yang termuat di dalamnya akan novel pertamanya itu adalah sebahagian daripada catatan catatan pribadi, persoalan persoalan hidup bersosial, perihal anak anak muda adakala dalam pada soal cinta mencintai.

Juga daripada pengalaman pengalaman hidupnya tak kala tengah, dalam mengarungi bahtera kehidupan di kala waktu, di masa masa sebelum menikah, sebelum ia menjadi seorang penulis yang sudah sangat terkenal seperti sekarang ini.

Di masa masa sebelum ia menikahi Suci Lelanya dahulu ia sudah pun menulis dan itulah buku novel pertama karyanya Azis Muhammad Zul, akan pemuda kampung Bluka Teubai, akan novel yang berjudul ‘Elegi Berkasih di Bandar Darussalam’.

Pada sebelumnya juga Azis sudah menulis beberapa buku, baik itu buku puisi, buku cerpen, buku buku motivasi dan lain sebagainya. Yang namun oleh kerana novel pertama Elegi Berkasih di Bandar Darussalam-nyalah ia mulai lebih terkenal.

Walau pada halnya di masa sebelum novel tersebut diterbitkan, adalah beberapa dari penerbit yang ada di ibukota provinsi Aceh ini sudah pun duluan menerbitkan akan buku kumpulan puisi dan buku buku antologi cerpennya.

 Mungkin, Allah SWT baru, telah berkehendak lain untuk dirinya setelah buku novel pertamanya itu diterbitkan, seketika nama pemuda kampung pesisir, Bluka Teubai itu melambung. Bahkan ia tak pernah menduga pada hal itu yang terjadi dengan begitu sahaja.

-{({ 39 })}-

Baik di kampus atau di mana mana tempat di awal awal terbit bukunya tersebut, ke mana mana sahaja tempat ia pergi adalah ada dan siapa sahaja akan mereka yang menegurnya. Dan juga sudahlah pastinya Allah SWT telah mengatur akan umur, rezeki, pertemuan, jodoh dan maut seseorang.

Oleh kerana hasil daripada penjualan buku novel itulah, ia dapat tambahan uang untuk bersegera bisa menikahi sang kekasih hatinya tak kala waktu. Dari hasil penjualan itu pula Azis sudah bisa memulai kehidupan dunianya selayaknya kehidupan.

Membeli sebuah rumah yang kemudian direhap lagi sebagaimana diinginkannya untuk disinggahi bersama bidadari dunianya. Memodali dirinya supaya bisa tetap untuk terus menulis, kerana sebelumnya. Ia hanya bisa menulis di senggang senggang waktu sahaja, bersabab harus bekerja di separuh waktu lagi untuk menafkahi hidup dirinya sendiri.

Lagipun dahulu itu sampai dengan sekarang ini dirinya, tidaklah suka mencari cari muka kepada kumpulan seniman, budayawan, dan lain sebagainya yang pekerjaan mereka itu berkaitan dengan seni. Yang dirinya juga di kala waktu sudah menjadi, termasuk seorang seniman.

Namun ia masih merasa dirinya walau sudah banyak menulis, ia masih merasa dirinya bukanlah seorang penulis hebat, bahpun di masa masanya dahulu, ia sudah menulis buku cerpen, buku puisi dan beberapa dari puisi karyanya sudah pun ada di dalam beberapa buku para seniman negeri Malaysia.

Pemuda penyuka sastra tersebut di kala waktu jika sahaja mahu, berkeinginan untuk melakap akan dirinya sebagai seorang penyair nasional bahkan internasional sudah pun bisa, boleh. Dan bukan di dalam satu buku sahaja, tapi sudah di beberapa buku yang ada.

Alasan pertama, oleh kerana memang puisi puisinya itu di masa, sudahlah termuat, sudahlah adanya terkumpul bersama dalam buku antologi puisi yang sekalian penulisnya, penyair penyairnya itu berasal dari negara Thailand, Singapura, Brunai Darussalam dan Malaysia.

Yang namun ia tidak mahu seperti itu, melakap dirinya ini, itu, apatah kata orang nantinya walau pada dasarnya ia punya bukti pada sekalian buku yang ada padanya, dahulu. Juga dirinya sudah pun pernah berkunjung ke negeri Malaysia untuk menghadiri sebuah acara seni di kala waktu.

-{({ 40 })}-

Di masa itu ia juga tengah menulis buku novel yang tengah dielus elusnya sekarang ini, di masa ia sudah pun menulis beberapa buku, hanya sahaja belum menemukan, berjodoh dengan pernerbit yang mahu menerbitkan tulisan tulisannya itu.

Bahpun dirinya jarang bergabung dengan kumpulan orang orang seni tersebut di kala waktu yang namun Azis sudahlah banyak kenal dengan mereka mereka yang pelaku seni, seniman, budayawan, penulis penulis senior.

Yang beberapa dari mereka tersebut orang orang yang tidak memandang akan diri mereka itu hebat, walau pada dasarnya orang lain akan menilainya begitu dengan sendirinya tanpa ada meminta akan dirinya untuk dinilai. Akan pemuda penyuka sastra itu sudah pun kenal dengan mereka yang berperangai demikian.

Ia hanya bergaul dengan para seniman, penulis dan pelaku seni yang mereka itu rendah hatinya, ia suka bertukar cerita dengan mereka. Pada, entah oleh kerana memang sudah menjadi hakikatnya, hampir semua pelaku seni bernasib sama.

Apalagi di daerahnya itu, adakala akanpada pecinta seni, pemerhati budaya, penulis dan lainnya. Semua mereka harus punya pekerjaan lainnya, adalah setiap manusia harus menafkahi dirinya sendiri juga sekalian kelurganya dengan pekerjaan yang bukan daripada itu (berkesenian).

Bahkan siapa sahaja jika nak bergelut dengan dunia seni atawa mereka mempunyai bakat, kelebihan tersendiri di dalam berkesenian. Haruslah mempunyai pekerjaan lain demi membiayai kubutuhan di dalam kehidupan.

Kerana di daerahnya siapa sahaja yang mahu bergelut dengan yang namanya seni adalah akan menambah beban sehari hari yang harus ditanggungnya sendiri, di daerahnya sekalian penulis dan lain itu tidaklah begitu diperhatikan oleh sipengemban amanat.

Dan jika sahaja apa yang dilakukan oleh seseorang akanpada hal yang berkaitan dengan dunia seni demi mencari uang semata, dan sekalian pelaku itu tidaklah mempunyai hasrat apalagi bakat yang berdasar dari hati.

-{({ 41 })}-

Hanya meniru niru, sok soan dan hanya ikut ikutan sahaja. Akan mereka itu tidaklah akan lama bisa, mampu bertahan di ranah seni tersebut, kerana pada apa yang dicarinya tidaklah berada di sana, tidaklah ada uang di sana.

Selain harus menafkahi dirinya di kala waktu, pada dasarnya Azis mempunyai akan tanggung jawab, sangatlah besar akan beban itu dipundaknya, kerana ia seorang anak lelaki pertama setelah kedua kakak perempuannya.

Tepatnya pemuda penyuka sastra tersebut ialah anak ketiga daripada urutan anak  di dalam keluarganya sekaligus dirinyalah lelaki yang tertua dari ke dua adik laki lakinya, mereka itu semuanya lima bersaudara.  

Sebelum novel pertamanya itu diterbitkan, ia sama sekali tidak pernah, belum bisa membantu akan kedua adik adiknya itu, sama sekali tidak pernah. Walau pada dasarnya itu sudah menjadi tanggung jawabnya.

Apalagi untuk membantu keluarganya, walaupun ia salah satu tulang punggung keluarga, kerana ia anak lelaki tertua di dalam keluarganya. Namun apa mahu dikata, Tuhan telah mengatur semua. Begitulah akanpada kehidupan mudanya dahulu sebelum datangnya masa pergantian itu kepada pemuda kampung tersebut.

“Beginilah kehidupanku dahulu, jika saya ingat, sepertinya tidak bisa percaya pada kisah yang dulu itu.”

“Ngutang sana, sini sama rakan dan parah sekali ternyata, namun yakinku, tuhan mencintai sekalian ummat-Nya,” Azis berguman, ia adalah seorang yang sering sekali mengingat akanpada kehidupannya dahulu.

“Saya sangat takut, jika sahaja semua ini (sudah menjadi orang sukses di waktunya) membuatku menjadi seorang yang lupa diri.”

“Saya takut sekali jika sampai diri ini berkelakuan begitu, Tuhan,” lelaki yang suka menulis tersebut suka prihatin terhadap dirinya, kerana hidupnya sekarang, sudahlah lumayan. Ia takut waktu waktu seperti akan, bisa membuatnya lupa diri.      

-{({ 42 })}-

Pada malam itu ia masih, hanya sendiri di atas balai bambunya, tiada, belum ditemani sang istri tercinta, juga tidak oleh si buah hatinya. Mungkin sahaja ia sengaja meminta untuk tidak ditemani oleh siapapun di malam yang mulai terus berkabut itu.

Kini Azis mulai membaca lagi akan novel pertama daripada karangannya itu, samar samar terdengar suaranya tengah membaca akan sekalian nasehat, cerata cinta, kasih sayang, harapan bahkan cita citanya dahulu, yang sudah ia tuliskan hampir semuanya ke dalam buku tersebut.

Pemuda penyuka sastra itu memulai bacaannya lagi dari halaman pertama, dan terdengarlah akan ceritanya semakin sendu. Maka bermulalah daripada itu akan kisah pengalaman hidupnya, dan dari sinilah bermula segalanya.

Bermula akan awal daripada cerita di dalam sebuah buku novelnya karyanya itu. Berawallah akan kisah itu dibacanya mulai daripada nomor satu daripada halaman novel pertamanya tersebut. Akan pemuda penyuka sastra tengah mengulang kisah hidupnya.

Bersambung.....


Nantikan sambungannya terus tetaplah membaca novel saya, semoga berkenan di hati anda.

Terimakasih banyak untuk anda yang sudah mahu membacanya.

Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 11 Mey 2018.

Post a Comment

0 Comments