Sebuah Novel; Elegi Berkasih di Bandar Darussalam {3}



Sebuah Novel;

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai




-{({ 9 })}-

Awal Bermula Daripada Pertemuan
***

Hari hariku terasa sangat, sangat berbeda, bahkan perbedaan itu nyata. Kehadiranmu begaikan setitik cahaya pada sebuah lentera yang berada di dalam sebuah bilik tiada berjendala.

Kesendirian yang aku jalani selama ini, hidup ini terasa sudah hidup bagai dulu dulunya lagi. Di mana sekarang aku merasakan setiap pergerakan dalam kehidupan layaknya kehidupan.

Aku seorang anak manusia yang tak henti henti mencari cinta. Sehingga pada hari ini aku telah sampai padamu, pada dirimu yang mahu menyintakanku denagn apa adanya diriku, cinta akan setiap sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan pemilik semesta.

Bersyukurku kepada-Mu Tuhan, kalimat yang tak akan boleh pernah kulupakan bahkan semua insan jua harus begitu. Tidak boleh melupakan akan nikmat daripada Allah, Sang Tuhan Pemilik Segala yang ada, dengan selalu bersyukur kepada-Nya.

Tanggal bersejarah dalam hidupku, kita, iaitu: Tanggal 20 November, Isnin malam di tahun 2012.

Di mana sang penyinta, itu kamu, telah datang untuk sebuah jalinan rasa. Cinta dan kasih, sayang menyayangi, kini terjalin sudah akan hubungan itu antara aku, Azis dan dirimu Lela.

Kaulah lentera, kaulah cahaya penerang bahagiku, di hidupku. Kaulah segalanya bagiku sesudah Allah SWT, sesudah kedua orang tercinta, untuk duniaku. Aku yakin pada kepercayaan setiap cahaya itu. Cahaya kepercayaan yang berkelipan. Eloknya cahaya kutamsilkan dikau kepada penawar.

Nasehat nasehatmu selalu seakan melekat di alam pikirku, kadang kala aku tak percaya itu. Bahkah sesekali bertanya pada diriku, "siapa sih dirimu, darimana asalmu?" Aku belum lama mengenalmu bahkan belumpun pernah melihat wajahmu.

Tapi bahagiku kamulah salah satu daripada perempuan perempuan terhebat itu, untuk sa’at ini, bahkan sangat sangat luar biasa sampai sampai tertekuk lututku di hadapanmu. 

Tuhan telah mengirimkan kelembutan-Nya untuk menghaluskan sifatku, diperantarai-Nya melalui dirimu, duhai Suci Lelaku.


-{({ 10 })}-

Kau menasehatiku, nasehat nasehatmu akan aku kenang bahkan selalu akan aku kenang. Tidak ada yang sanggup dulunya menasehati kerasnya hatiku, aku. Diriku bagai batu. Diriku seperti itu dahulu, sebelum hadirmu.

Tapi kamu, dirimu, hebatnya dikau. Kagum aku padamu. Ku akan selalu berdo’a kepada Allah. Akan dirimu, diriku. Orang tua kita, keluarga keluarga kita, dan untuk semua ummat manusia.

Aku akan selalu berdo’a supaya hubungan ini senantiasa adanya sebagaimana adanya bulan dan bintang di malam hari. Begitu juga seperti adanya matahari di setiap pagi.

Walau memang pada waktunya sesekali akan bulan, sesekali tak ditemani oleh bintang, begitu juga ada sa’atnya tak kala matahari tak bisa menyinari hari hari kerana terhalang mendung dan itu sesekali sahaja. 

Tidak akan berhenti kecuali Ia-Allah SWT yang menghendaki. Namun di kala sebuah pertemuan yang sudah terjadi niscaya di sana bersemayam akannya perpisahan, ia nya pasti menjelma jua, kita hanya bisa menunggu waktunya sahaja.

Maka dari itu jangan pernah gundah dan meresahi akan dirimu, Lela. Perpisahan itu mutlak. Terjalin sudah sebuah hubungan, hubungan cinta, antara sepasang anak manusia, kita, mereka, dipertemukan, mereka, kita, cepat atau lambat jua akan terpisah.

Hanya Tuhan yang mengetahuinya, jodohku, jodohmu, semoga sahaja kita dijodohkan dan berjodoh, sehingga diriku akan bersanding di pelaminan denganmu, kerana itu adalah sebuah ikatan nan suci, akanlah abadinya sebuah ikatan pernikahan di antara aku dan kamu.

Azis Muhammad Zul, 

Darussalam, 20 november 2012.


Begitulah beberapa kalimat do’a, cinta, akan kekaguman, harapan harapan dan impian akan pemuda penyuka sastra yang ia curahkan ke dalam sebuah puisi. Kini, harapannya benar benar sudah terukir indah di relung relung hatinya yang paling dalam.

Yang mengalir bersamanya darah, memenuhi urat urat yang bernadi, menyatu pada yang satu, menyatu pada jiwa, menyatu pada raga dan sekali lagi menyatu menjadilah Satu. Azis juga suka menulis puisi, dua buah buku antologi puisi karyanya sendiri sudah lebih dahulu terbit.



-{({ 11 })}-

Begitu juga dengan dua buah buku antologi cerpen karangannya, sudah juga duluan terbit. Adalah novel ‘Elegi Berkasih di Bandar Darussalam’ yang tengah dibacanya di malam yang tiada berbintang itu merupakan buku kelimanya yang sudah terbit.

Kedua anak manusia itu sudah menjalin akan hubungan cinta, akan hubungan yang masih haram bahagi kedua, yang namun akan jalinan itu sudahlah terbina. Cinta anak muda, walau di kala waktu akan Azis sudah tiga tahun tamat dari SMA.

Lela, akan perempuan tersebut baru sahaja, baru lima bulan ianya selesai dari Sekolah Menengah ke Atas pada sa’at pertama sekali akan pemuda penyuka sastra tersebut mengungkapkan akanpada rasa yang menggelora terhadap dirinya.



Kata kata cinta itu tidak serta merta diucapkan langsung kepada perempuan pujaan, pemuda yang kala itu sudah menulis dua buku puisi karyanya walaupun belum ada penerbit di kala waktu (sebelum mereka saling mencintai dalam pada sebuah hubungan), adalah kalimat cinta tersebut ditulisnya dan ia kirimkan melalui short messege service handphonenya.



Akan Azis belum berani untuk mengungkapkan akan kata kata kasih sayang tersebut bahpun melalui sambungan telepon, meskipun tidak berhadap hadapan muka, ia belum mempunyai nyali yang besar, ia hana darah (hana darah=bahasa aceh adalah istilah daripada seseorang yang tidak, belum punya nyali untuk melakukan sesuatu perbuatan) untuk mengatakannya secara langsung kepada Lela di kala waktu.



Bahpun demikian akanpada sebuah pesan sudah pun dikirimnya kepada Suci Lela, dara Matang tersebut juga tidak serta merta membalas, memberi akanpada jawaban dari kata kata ‘ana uhibbuki, ya, ukhtiii’ yang dikirim untuknya oleh Azis.



Dara itu juga tidak dengan seketika, belum pula membalas ‘ana uhibbuka aizdhan, ya, akhii’ akan kalimat lawan kata daripada yang dikirim pemuda penyuka sastra untuknya. Mungkin, sudahlah ma’ruf bahagi kita semua, bahawa yang namanya perempuan itu lebih suka menjaga imagenya daripada lelaki.

-{({ 12 })}-

Azis sudahlah mengutarakan akan kasih sayangnya kepada Lela, ia juga harus menunggu hari hari yang akan berlalu, kerana tiga hari sebelum hubungan keduanya terjadi, di malam Selasa, tanggal 20 November 2012.

Di malam Senin malam itu barulah akan dara tersebut membalas akan sms yang sudah diterimanya dari tiga hari yang lalu, barulah ianya membalas sms tersebut, setelah Azis mengirimkan untuknya sebuah pesan yang di dalamnya termuat akan sekalian rasa cintanya kepada Lela di malam Sabtu, yang sudah tiga malam berlalu.


Mereka sudah membuat sebuah kesepatan, Lela sudah meminta waktu tiga hari kepada Azis untuk membalas smsnya tersebut. Maka di sa’at waktu yang sudah disepakati tiba, di Senin malam itu, akan pemuda yang berasal dari kampung Bluka Teubai tersebut tidak tenang hatinya, ia merasa sangat was was.



Kerana terus terpikir olehnya, akan bagaimanakah nantinya, akan pada jawaban dari seorang perempuan yang ia sudah sangat yakin, sudah diyakininya dengan sebenar benar yakin yang ada di dalam hatinya, bahawa dara itu kelak akanlah menjadi kekasih halalnya di kehidupan hadapannya nanti.



Rasa gundah itu kian bergelut, sampai sampai M. Nazar yang biasa disapa olehnya dan oleh rakan rakan lain, dengan sapaan Rambo, berhingga rakannya itu bertanya kepada dirinya di malam Selasa tersebut.



“Cek?” Adalah Cek Lek juga sapaan akrab bahagi Azis Muhammad Zul, sekalian rakan rakan karib atawa siapa sahaja yang sudah kenal dekat dengan Azis, mereka itu tidak lagi memanggil nama aslinya, melainkan dengan panggilan nama lakap, Cek, atawa panggilan lengkapnya Cek Lek.

  
“Apa gerangan, Cek! Kulihat aura di wajahmu itu tidak seperti biasanya. Boleh kutahu, jika boleh kutahu, silahkan, sampaikanlah sahaja semua keluh kesahmu, aku akan mendengarnya,” Azis melihat ke arah karibnya itu, ia tidak menjawab, namun sebuah senyuman merekah indah dari mulut wajahnya.

Bersambung.....


Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini, berkenan di hati anda semuanya.

Terimakasih untuk yang sudah mahu membacanya!

Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 03 Mey 2018.

Post a Comment

0 Comments