Sebuah Novel;
"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"
Karya; Syukri Isa Bluka Teubai
-{({ 90 })}-
Mereka
***
Kerana ia
sangat, masih teringat akanpada pesan ayahnya tak kala bercakap cakap dengannya
pada satu kesempatan di masa “kalau bisa, ini, kalau boleh, janganlah menikah dahulu,
sebelum membawa pulang ijazah ke rumah.”
“Jangan salah paham, ayah, tidak
berbicara tentang agama. Ayah, hanya ingin sekali kamu menikah nanti, sesudah
tamat, sesudah selesai dari kuliahmu, dahulu, itu sahaja harap ayah kepadamu!” Padalah
pada semua itu kemelut, bermuara sudah ia di dalam pikiran kepala Lela.
Waktu
waktu, pun terus berlalu, berlalu, berlaku dan melaju meninggalkan sekalian detik
detik itu di perputarannya, di persinggahan angka, di titik titik sementara.
Yang namun tidaklah akan dapat diulangi lagi oleh siapa sahaja manusia dan kapan
pun di masa.
Suci Lela
dan Azis Muhammad Zul masih bersama, tetap pada cinta mereka, hari hari terus
terjalani, bersama. Lela sudah pada semester tujuh dari kuliahnya, tanpa terasa
bagai tidak disadari begitulah waktu berotasi. Niscaya itu pasti dan sekarang
berlaku Azis dan Lela telah, tengah menjadi pelakonnya.
Kadang
tiga hari sekali berjumpa, kadang seminggu sekali berjumpa, kadang pula sebulan
dua kali berjumpa, begitulah adanya, berlaku pasti dan nyata keduanya saling
berjumpa, kedua anak manusia itu telah menjalin asmara, adalah hubungan
berkasih yang masih haram, pada masanya.
Adapun
akan biaya untuk menghidupi kehidupannya di perantauan adalah sangat
berkecukupan, akan pemuda tersebut tidaklah luput daripada bantuan bantuan
keuangan daripada kekasihnya. Bahpun demikian, Lela tidaklah pernah
mempersoalkan akanpada persoalan tersebut.
Bahkan dara
itu akan memarahi Azis apabila pemuda penulis yang kini sudah menjadi suaminya,
yang kini telah memberinya dua orang anak lelaki yang imut. Lela niscaya akan
menceramahi dirinya apabila tidak memberitahu akannya tersebut, di waktu waktu dirinya
tengah tidak ada lagi uang jajan.
-{({ 91 })}-
Oleh
kerana pada sabab, akan dara pujaan itu sampai sebegitunya memperhatikan,
prihatin kepada dirinya, oleh kerana itulah akan pemuda penyair, terus terusan,
selalu bersemangat untuk menjaga cinta dan kasih sayangnya akanpada dara
peuwareuna, akanpada kekasih yang telah mewarnai hidupnya dan ia pun
mengikrarkan sebuah janji pada dirinya.
Apabila
telah sukses nantinya dan Lela sudah menjadi kekasih halal, tak kala Lela sudah
menjadi istrinya nanti, ia akan menjaga dara itu dengan sepenuh jiwa di raga
dan usianya. Ingin sangat membalas akan kebaikan daripada kebaikan kekasihnya kepadanya
itu.
Dan ia
sangat sangat sadar bahawa pada setiap kebaikan yang akan dibalas nantinya, kepada
siapa sahaja, tidak akanlah lagi sama, sebagaimana akanpada kebaikan Lela dahulu,
kepadanya. Sungguhlah itu tidak lagi sama, sama sekali tidak akan pernah
serupa.
Begitu
juga dengan segala kebaikan yang diberikan oleh rakan rakan yang tak disebut
namanya satu persatu di sini, adalah mereka itu untuk dirinya di masa, bahpun
di waktu hadapan nanti, apalagi kini ia sudah munpuni, hidupnya sudah bisa
dikatakan mapan.
Niscayalah
akan pemuda tersebut tidak bisa lagi menyamai akanpada kebaikan mereka untuknya
di masa dahulu, kerana balasan daripada setiap kebaikan yang telah diberikan tersebut
sungguh tak ternilai harganya dan diberikan percuma kepada dirinya oleh mereka.
Akanpada rakan
rakan yang selalu membantu dirinya, yang selalu ada untuk mengasihinya, mereka
mereka yang telah memberinya tumpangan hidup, menerima kehadirannya di kosan
yang sudah dibayar oleh rakan rakan penyayang tersebut, di tahun tahun awal ia berada
di rantau, Bandar Darussalam.
Sebegitulah
akan sekalian mereka yang benar benar rakannya itu, mengasihinya, dahulu, ini
adalah sebuah kenyataan. Karib karib tersebut selalu ada untuk dirinya tak kala
ia masih kuliyah dan sampai dengan hari ini.
Walaupun pada
bantuan yang dimaksud sudah termasuk dalam kategori yang berbeda, akan tetapi mereka
tetap, sama sama, terus saling menjaga tali ikat pengikat keakraban sesama
rakan, mereka masih juga selalu ada untuk pemuda penyair begitu juga dirinya.
“Abang, adek sudah merasakan semua itu,
sekarang ini.”
-{({ 92 })}-
“Abang, telah pun membuktikannya, bukan
sahaja pada tulisan yang ada di dalam novel ini.”
“Tapi semua itu sudahlah menjadi
kenyataan.”
“Lela bahagia didekap olehmu, tidak ada
satu kebanggaan lainnya selain daripada detik detik di waktu.”
“Adalah selalu berharap untuk, bisa
bersama dan memilikimu juga dimiliki oleh dirimu, sayang!”
“Adek, bahagia, bang!” Lela mengganggu akan
bacaan suaminya itu dengan bercakap cakap sejenak, adalah mereka berdua tengah
mengulang cinta, mengulang sejarah tentang kasih sayang yang berelegi di kala
waktu.
“Sayang, diamlah!”
“Abang, bukan mahu mendengarkan akan kata
kata itu darimu. Tidak, tidak sayangku, tidak.”
“Biarlah bunga Meulu, Seulanga dan Jeumpa
yang ada di pekarang rumah kita ini yang menjadi saksi atas apa yang telah
abang berikan, pada apa yang sudah abang lakukan untuk adek dan anak anak kita!”
“Cukuplah bunga bunga harum khas negeri
Aceh itu yang menjadi saksi.”
“Dan mari kita melanjutkan cerita ini, duhai
Peunawaku,” Azis meletakkan akan jari telunjuk tangan kanannya ke bibir Lela.
Akan dara
yang tengah berada di dalam pangkuannya tersebut, pun menatap tajam, manja,
yang tatapan itu adalah perwakilan daripada sekalian rasa yang tengah
bergejolak, dirasainya di dalam dirinya, berhingga aura birahi terlihat jelas di
wajahnya.
-{({ 93 })}-
Dara
tersebut masih menatap tajam, namun manja ke arah lelakinya yang masih
membungkam akan mulutnya itu dengan jari telunjuk tangan kanannya. Sebuah
kecupan kasih sayang pun mendarat tepat di keningnya.
*****
Mereka
berdua, dahulu, sangat sering membicarakan tentang perkuliahannya masing
masing, saling memberi dorongan satu sama lainya. Lela sangat bertekad bisa
menamatkan kuliah tiga tahun setengah dengan nilai cumlaude.
Namun
cerita daripada kehidupan manusia ini sudahlah ada yang mengaturnya. Manusia
dan seluruh isi alam ini hanya sahaja menjadi sebagai para pelakon daripada
alur akan kisah di dalam kehidupannya sendiri. Keranalah Allah SWT sudah
menentukan segala galanya.
Dara itu
memang benar benar ingin sekali menghadiahkan akan kejutan (cumlaude) untuk
kedua orang tuanya, akan hasrat tersebut diceritakan kepada lelakinya adalah di
beberapa hari sebelum kecelakaan menimpanya.
Yang oleh
kecelekaan tersebut bersabab pada patah tulang akanpada kaki kirinya, di kala
waktu ia selalu membicarakan akan hal itu, kapan dan di mana sahaja Lela bertemu
dengan pemuda kekasih haramnya ia pasti bercakap cakap soal cumlaude itu.
Dirinya
sangat yakin dengan dirinya, kerana sekarang indeks prestasi kumulatif (IPK) nya
sudah mencapai angka 3,59 dan tidak akan mustahil untuk bisa cumlaude. Dan dengan
semangat yang menggebu gebu Azis pun sering juga menyemangatinya.
Di tengah
tengah keceriaan akan canda tawa mereka di beberapa hari itu, di beberapa hari
sebulum kejadian berlaku. Tak kala mereka tengah begitu bersemangat bersemangatnya
membicarakan perihal kuliah masing masing.
Sa’at itu
Azis juga mendapat kabar bahawa salah satu puisi yang ia kirimkan ke salah satu
kampus terkemuka di ibukota provinsi itu, tepatnya di Bandar Darussalam atawa
Banda Aceh, akanpada puisinya itu terpilih untuk dibacakan pada lomba baca
puisi (LBP V Rektor Unsyiah 2015).
Adalah
puisinya itu turut dibukukan bersama dengan kumpulan puisi dari para penyair
penyair lainnya yang puisi puisi mereka itu lolos kurasi dewan kurator adalah untuk
lomba Piala Bergilir Rektor Unsyiah yang diadakan pada tahun 2015.
-{({ 94 })}-
Dan di hari
yang bersamaan adalah satu buah puisinya juga dimuat di surat kabar untuk yang
pertama sekali, setelah sekian lama berusaha mengirimkan akan puisi puisinya
itu ke surat surat kabar ternama di ibukota untuk dimuat di sana.
Kebahagian
demi kebahagian berlangsung dan berlaku, seterusnya berlalu adalah di kala
waktu. Adakala mereka tengah dilanda rasa bahagia, mereka tengah bergembira begitu
juga dengan musibah, beriringan datang untuk menyapa.
Dan
siapakah mereka mereka dari hamba yang bersabar lagi bertaqwa niscaya akan
terlihat ia setelah musibah bertandang kepadanya. Sesudah musibah menyapa
siapakah yang mampu bertahan darinya, siapakah yang mampu ikhlas untuknya,
ialah seorang hamba yang mulia di mata tuhannya.
Dan pada
kehendak Allah Ta’ala tidak ada yang mampu untuk menjangkau itu, di mana pada
sebuah kebahagian yang datang menghampiri bersegeralah untuk disyukuri, kerana
pada setiap yang telah datang itu pastilah akan pergi.
Hanya waktu
di masa yang bisa menentukan, disegerakan atawa dilambatkan, cepat atawa lambat,
hal itulah yang bisa menjawab semua perihal yang terkait. Manusia hanya bisa
berdo’a, bercita cita dan terus harus selalu bersemangat di dalam kehidupannya.
Bersambung.....
Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda semua.
Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membaca.
Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 29 Mey 2018.
0 Comments