Sebuah Novel; Elegi Berkasih di Bandar Darussalam {22}



Sebuah Novel;

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai

-{({ 90 })}-

Mereka
***

Kerana ia sangat, masih teringat akanpada pesan ayahnya tak kala bercakap cakap dengannya pada satu kesempatan di masa “kalau bisa, ini, kalau boleh, janganlah menikah dahulu, sebelum membawa pulang ijazah ke rumah.”

“Jangan salah paham, ayah, tidak berbicara tentang agama. Ayah, hanya ingin sekali kamu menikah nanti, sesudah tamat, sesudah selesai dari kuliahmu, dahulu, itu sahaja harap ayah kepadamu!” Padalah pada semua itu kemelut, bermuara sudah ia di dalam pikiran kepala Lela.

Waktu waktu, pun terus berlalu, berlalu, berlaku dan melaju meninggalkan sekalian detik detik itu di perputarannya, di persinggahan angka, di titik titik sementara. Yang namun tidaklah akan dapat diulangi lagi oleh siapa sahaja manusia dan kapan pun di masa.

Suci Lela dan Azis Muhammad Zul masih bersama, tetap pada cinta mereka, hari hari terus terjalani, bersama. Lela sudah pada semester tujuh dari kuliahnya, tanpa terasa bagai tidak disadari begitulah waktu berotasi. Niscaya itu pasti dan sekarang berlaku Azis dan Lela telah, tengah menjadi pelakonnya.

Kadang tiga hari sekali berjumpa, kadang seminggu sekali berjumpa, kadang pula sebulan dua kali berjumpa, begitulah adanya, berlaku pasti dan nyata keduanya saling berjumpa, kedua anak manusia itu telah menjalin asmara, adalah hubungan berkasih yang masih haram, pada masanya.

Adapun akan biaya untuk menghidupi kehidupannya di perantauan adalah sangat berkecukupan, akan pemuda tersebut tidaklah luput daripada bantuan bantuan keuangan daripada kekasihnya. Bahpun demikian, Lela tidaklah pernah mempersoalkan akanpada persoalan tersebut.

Bahkan dara itu akan memarahi Azis apabila pemuda penulis yang kini sudah menjadi suaminya, yang kini telah memberinya dua orang anak lelaki yang imut. Lela niscaya akan menceramahi dirinya apabila tidak memberitahu akannya tersebut, di waktu waktu dirinya tengah tidak ada lagi uang jajan.  

-{({ 91 })}-

Oleh kerana pada sabab, akan dara pujaan itu sampai sebegitunya memperhatikan, prihatin kepada dirinya, oleh kerana itulah akan pemuda penyair, terus terusan, selalu bersemangat untuk menjaga cinta dan kasih sayangnya akanpada dara peuwareuna, akanpada kekasih yang telah mewarnai hidupnya dan ia pun mengikrarkan sebuah janji pada dirinya.

Apabila telah sukses nantinya dan Lela sudah menjadi kekasih halal, tak kala Lela sudah menjadi istrinya nanti, ia akan menjaga dara itu dengan sepenuh jiwa di raga dan usianya. Ingin sangat membalas akan kebaikan daripada kebaikan kekasihnya kepadanya itu.

Dan ia sangat sangat sadar bahawa pada setiap kebaikan yang akan dibalas nantinya, kepada siapa sahaja, tidak akanlah lagi sama, sebagaimana akanpada kebaikan Lela dahulu, kepadanya. Sungguhlah itu tidak lagi sama, sama sekali tidak akan pernah serupa.

Begitu juga dengan segala kebaikan yang diberikan oleh rakan rakan yang tak disebut namanya satu persatu di sini, adalah mereka itu untuk dirinya di masa, bahpun di waktu hadapan nanti, apalagi kini ia sudah munpuni, hidupnya sudah bisa dikatakan mapan.

Niscayalah akan pemuda tersebut tidak bisa lagi menyamai akanpada kebaikan mereka untuknya di masa dahulu, kerana balasan daripada setiap kebaikan yang telah diberikan tersebut sungguh tak ternilai harganya dan diberikan percuma kepada dirinya oleh mereka.

Akanpada rakan rakan yang selalu membantu dirinya, yang selalu ada untuk mengasihinya, mereka mereka yang telah memberinya tumpangan hidup, menerima kehadirannya di kosan yang sudah dibayar oleh rakan rakan penyayang tersebut, di tahun tahun awal ia berada di rantau, Bandar Darussalam.

Sebegitulah akan sekalian mereka yang benar benar rakannya itu, mengasihinya, dahulu, ini adalah sebuah kenyataan. Karib karib tersebut selalu ada untuk dirinya tak kala ia masih kuliyah dan sampai dengan hari ini.

Walaupun pada bantuan yang dimaksud sudah termasuk dalam kategori yang berbeda, akan tetapi mereka tetap, sama sama, terus saling menjaga tali ikat pengikat keakraban sesama rakan, mereka masih juga selalu ada untuk pemuda penyair begitu juga dirinya.

“Abang, adek sudah merasakan semua itu, sekarang ini.”

-{({ 92 })}-

“Abang, telah pun membuktikannya, bukan sahaja pada tulisan yang ada di dalam novel ini.”

“Tapi semua itu sudahlah menjadi kenyataan.”

“Lela bahagia didekap olehmu, tidak ada satu kebanggaan lainnya selain daripada detik detik di waktu.”

“Adalah selalu berharap untuk, bisa bersama dan memilikimu juga dimiliki oleh dirimu, sayang!”

“Adek, bahagia, bang!” Lela mengganggu akan bacaan suaminya itu dengan bercakap cakap sejenak, adalah mereka berdua tengah mengulang cinta, mengulang sejarah tentang kasih sayang yang berelegi di kala waktu.

“Sayang, diamlah!”

“Abang, bukan mahu mendengarkan akan kata kata itu darimu. Tidak, tidak sayangku, tidak.”

“Biarlah bunga Meulu, Seulanga dan Jeumpa yang ada di pekarang rumah kita ini yang menjadi saksi atas apa yang telah abang berikan, pada apa yang sudah abang lakukan untuk adek dan anak anak kita!”

“Cukuplah bunga bunga harum khas negeri Aceh itu yang menjadi saksi.”

“Dan mari kita melanjutkan cerita ini, duhai Peunawaku,” Azis meletakkan akan jari telunjuk tangan kanannya ke bibir Lela.

Akan dara yang tengah berada di dalam pangkuannya tersebut, pun menatap tajam, manja, yang tatapan itu adalah perwakilan daripada sekalian rasa yang tengah bergejolak, dirasainya di dalam dirinya, berhingga aura birahi terlihat jelas di wajahnya.

-{({ 93 })}-

Dara tersebut masih menatap tajam, namun manja ke arah lelakinya yang masih membungkam akan mulutnya itu dengan jari telunjuk tangan kanannya. Sebuah kecupan kasih sayang pun mendarat tepat di keningnya.

*****

Mereka berdua, dahulu, sangat sering membicarakan tentang perkuliahannya masing masing, saling memberi dorongan satu sama lainya. Lela sangat bertekad bisa menamatkan kuliah tiga tahun setengah dengan nilai cumlaude.

Namun cerita daripada kehidupan manusia ini sudahlah ada yang mengaturnya. Manusia dan seluruh isi alam ini hanya sahaja menjadi sebagai para pelakon daripada alur akan kisah di dalam kehidupannya sendiri. Keranalah Allah SWT sudah menentukan segala galanya.

Dara itu memang benar benar ingin sekali menghadiahkan akan kejutan (cumlaude) untuk kedua orang tuanya, akan hasrat tersebut diceritakan kepada lelakinya adalah di beberapa hari sebelum kecelakaan menimpanya.

Yang oleh kecelekaan tersebut bersabab pada patah tulang akanpada kaki kirinya, di kala waktu ia selalu membicarakan akan hal itu, kapan dan di mana sahaja Lela bertemu dengan pemuda kekasih haramnya ia pasti bercakap cakap soal cumlaude itu.

Dirinya sangat yakin dengan dirinya, kerana sekarang indeks prestasi kumulatif (IPK) nya sudah mencapai angka 3,59 dan tidak akan mustahil untuk bisa cumlaude. Dan dengan semangat yang menggebu gebu Azis pun sering juga menyemangatinya.

Di tengah tengah keceriaan akan canda tawa mereka di beberapa hari itu, di beberapa hari sebulum kejadian berlaku. Tak kala mereka tengah begitu bersemangat bersemangatnya membicarakan perihal kuliah masing masing.

Sa’at itu Azis juga mendapat kabar bahawa salah satu puisi yang ia kirimkan ke salah satu kampus terkemuka di ibukota provinsi itu, tepatnya di Bandar Darussalam atawa Banda Aceh, akanpada puisinya itu terpilih untuk dibacakan pada lomba baca puisi (LBP V Rektor Unsyiah 2015).

Adalah puisinya itu turut dibukukan bersama dengan kumpulan puisi dari para penyair penyair lainnya yang puisi puisi mereka itu lolos kurasi dewan kurator adalah untuk lomba Piala Bergilir Rektor Unsyiah yang diadakan pada tahun 2015. 

-{({ 94 })}-

Dan di hari yang bersamaan adalah satu buah puisinya juga dimuat di surat kabar untuk yang pertama sekali, setelah sekian lama berusaha mengirimkan akan puisi puisinya itu ke surat surat kabar ternama di ibukota untuk dimuat di sana.

Kebahagian demi kebahagian berlangsung dan berlaku, seterusnya berlalu adalah di kala waktu. Adakala mereka tengah dilanda rasa bahagia, mereka tengah bergembira begitu juga dengan musibah, beriringan datang untuk menyapa.

Dan siapakah mereka mereka dari hamba yang bersabar lagi bertaqwa niscaya akan terlihat ia setelah musibah bertandang kepadanya. Sesudah musibah menyapa siapakah yang mampu bertahan darinya, siapakah yang mampu ikhlas untuknya, ialah seorang hamba yang mulia di mata tuhannya.

Dan pada kehendak Allah Ta’ala tidak ada yang mampu untuk menjangkau itu, di mana pada sebuah kebahagian yang datang menghampiri bersegeralah untuk disyukuri, kerana pada setiap yang telah datang itu pastilah akan pergi.

Hanya waktu di masa yang bisa menentukan, disegerakan atawa dilambatkan, cepat atawa lambat, hal itulah yang bisa menjawab semua perihal yang terkait. Manusia hanya bisa berdo’a, bercita cita dan terus harus selalu bersemangat di dalam kehidupannya.

Bersambung.....

Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda semua.

Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membaca.

Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 29 Mey 2018.

Post a Comment

0 Comments