Sebuah Novel;
"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"
Karya; Syukri Isa Bluka Teubai
-{({ 71 })}-
Rumah Sakit
***
Dan pastilah
siapa sahaja yang tengah bersusah hatinya, orang orang yang tengah bersedih pada
rasa, siapa pun ia yang tengah memapah asa, sangatlah, wajarlah akanpada
kejadian seperti yang dialami Azis juga akan berlaku kepada mereka meraka yang
tengah seperti itu, mungkin.
Akanlah berlaku
pada mereka, siapa sahaja yang tengah, apalagi sudah pernah mengalami akanpada hal
yang sama, merasakan akanpada sekalian gundah gulana seperti yang tengah
membaluti diri akan pemuda penyair, Azis Muhammad Zul. Mereka pastilah akan
tahu, akan memahami bagaimana itu.
Sore
hari, sebelum Lelanya dibawa pulang ke kampung halaman oleh ayahnya, Azis
menyempatkan diri untuk bertemu sekali lagi dengan perempuannya yang sebentar
lagi akan dibawa pergi dari Banda Aceh, akan dibawa pergi jauh dari
jangkauannya.
Pun,
kerana pada kuliah di kampus di akhir pekan ini juga akan libur. Adalah libur
bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Lela termasuk orang yang sangat beruntung
oleh kerana pada waktu, tak kala ia mengalami kecelakaan akan kuliah di kampusnya,
Abulyatama.
Sepekan
lagi dari masa sebelum ia ditimpa musibah tersebut, akan kuliah di kampusnya
itu sudahlah mahu tiba akanpada waktu libur yang panjang. Maka beruntunglah
dirinya itu, tak banyak dari mata kuliah yang harus dilewatkannya di kampus.
Dara yang
sebentar lagi akan dibawa pulang ke kampung halamannya, kemarin itu ia
mengalami akan musibah kecelakaan, akanpada kereta dan dirinya ditabrak orang,
nakeuh, ia ditimpa oleh musibah tersebut sebelum sepekan dari bulan Ramadhan tahun
ini tiba.
“Abang.”
“Adek, pulang kampung, ya! Lagi pula
kuliah di kampus dua hari lagi sudah pada libur.”
“Jaga diri abang, baik baik, juga jangan
lupa untuk tidur di malam hari.”
“Tak bagus bahagi kesehatan, adek, yakin
sekali, abang, tahu perihal itu. Kerana jika seseorang itu tak tidur di malam
hari.”
-{({ 72 })}-
“Tidaklah akan berbanding jika pun orang
yang tidak tidur di waktu malam hari tersebut, walau ia hanya bergadang semalam
sahaja dan mengganti akan masa masa tidurnya itu di pagi hari tidaklah
berbanding bahkan sampai tujuh hari berturut turut ia tidur di pagi hari tak
akan berbanding juga.”
“Tidaklah sama akanpada halnya, begitulah
perbandingannya pada kesehatan seseorang yang demikian itu, mereka yang tidak
tidur di malam hari.”
“Adek, sangat sangat bahkan yakin sekali,
bahawa, abang, sangat sangat tahu pada hal yang demikian itu,” Lela berpamitan juga
sedikit memberi, menceramahi akan lelakinya itu.
“Hhhmmm.”
“Hhhmmm,” akan lelakinya itu berguman dalam
sendanya dengan perempuan yang sudah menjadi pewarna bahagi kehidupannya
tersebut, sebuah senyuman merekah dari mulutnya.
“Hahaha.”
“Iya, iya, sayangku,” akan pemuda penyuka
sastra itu bersuara dengan pelan ia agak sedikit berbisik bisik tak kala
menjawab daranya itu.
“Dan yang sebenarnya, abanglah yang harus
menasehati adek, duluan. Tapi, ya, sudahlah. Kamu menang kali ini, skornya satu
kosong. Hehe.”
“Dan juga, bahpun adek, sudah di rumah
nantinya. Janganlah dulu banyak banyak bergerak, ya?”
“Jangan makan, makanan yang bisa
menghambat penyembuhannya dan, abang, tentu akan baik baik sahaja di sini,
yakinlah sayang. Abang sayangkan adek banyak banyak,” Azis mencandai Lela, ia
juga berbalas menasehati akan perempuan yang tengah berada tepat di hadapannya
kini.
Di sa’at
sebelum sang pujaan, perempuannya itu dibawa pulang ke kampung halaman oleh
ayahnya. Adalah Azis sengaja untuk bercanda, mecandai akan dara tersebut, yang
namun akan kelopak matanya tidak bisa diajak bekerja sama untuk tidak mengeluarkan
akanpada air yang ada di sana.
-{({ 73 })}-
Air mata
Azis menetes juga dari tempatnya bahpun ia sudah berusaha untuk tenang, pada
halnya akan pemuda tersebut sudah mengelola, menjaga sebaik mungkin akan
perasaannya di hadapan kekasihnya yang namun prasa itu tak terbendung jua, Lela
pun menyeka akan air yang keluar dari mata sang lelaki pujaan.
Nakeuh,
jika sahaja Lela tidak langsung dibawa pulang ke kampung halaman, sama sahaja dirinya
itu, pun belum bisa untuk masuk ke ruang kuliah dan pula untungnya akan
aktifitas di kampus tersebut, juga hanya akan berlangsung beberapa hari lagi.
Pun,
kerana dokter menganjurkan untuk sebulan ini lebih baik akan dara pewarna
bahagi kehidupan pemuda penyuka sastra tidaklah banyak bergerak, tidak dahulu
untuk banyak melakukan aktifitas apa sahaja.
Maka
dariitu, dara yang sudah kurang lebih dua tahun menjalin akan hubungan haram,
akan hubungan asmara dengan Azis, langsung sahaja nak dibawa pulang ke kampung
halamannya, kampung Raya Dagang, Matang Glumpang Dua, Kota Juang, Bireun.
Malam
malam yang dilalui oleh pemuda penyair semakin kelabu sahaja, terbias pada
wajah semulah terlihat. Azis terus membayangkan akanpada perpisahan yang bisa
dikatakan lama, mungkin. Sungguh berat terasa berpisah dengan Lela.
Adalah
perpisahan kali ini berbeda dengan perpisahan sebelum sebelumnya tak kala hari
libur tiba, walau, memanglah pada dasarnya akanpada hari hari libur itu sama
sahaja ada, baik di masa bulan puasa, hari raya dan libur libur setiap akhir
semester kuliah tiba.
Yang namun
keranalah ini, berpisah oleh sebab Lela tengah sakit bukan berpisah kerana tiba
hari libur sahaja, adalah kerana oleh sabab Suci Lelanya itu tengah bergelut
dengan ujian di dalam hidupnya, yangmana akanpada hal hal yang tak terduga di
dalam hidup semua manusia pastilah akan datang menyapa siapa sahaja.
Berhingga
teringatlah kembali olehnya akanpada cita cita dara itu. Nakeuh, perempuannya tersebut
ingin sekali untuk bisa cumlaude dari kampus. Ianya ingin sekali bisa selesai
di tiga tahun setengah dari kuliahnya.
-{({ 74 })}-
Juga oleh
kerana akanpada keadaan selama ini, sebelum ia ditimpa musibah sangat sangatlah
memungkinkan dara itu untuk bisa meraih cumlaude dari kampusnya, maka dariitu
dara tersebut berkeinginan sekali untuk bisa meraih hal itu.
Namun
manusia ini, siapa sahaja, mungkin, ada pengecualiannya bahagi mereka, orang
orang yang selalu dekat dengan diri-Nya akanlah dengan mudah, tak ada kendala
yang bagaimana dan bisa meraih segala sesuatu itu lebih mudah dibandingkan
dengan manusia yang sebaliknya
Yang
selain daripada orang orang pilihan tersebut hanyalah bisa bercita cita sahaja
dan bukan juga tidak akan pernah bisa meraih cita citanya itu adalah kerana Allah
SWT, Sang Penentu. Allah-lah yang maha menentukan segala galanya bahagi setiap
manusia ini.
Keinginan
Lela untuk membahagiakan akan orang tuanya, untuk memberikan akan hadiah dari
nilai kuliahnya yang bagus nantinya, kini sudah sirna. Pada halnya di kala
waktu, sebelum dirinya kecelakaan, dara itu tengah menunggu akan jadwal
daripada seminar.
Ia tengah,
tinggal menunggu masa seminar proposal judulnya, yang jadwal akanpada seminar proposal
judul skripsinya tersebut sudahlah keluar. Adalah jadwal itu sehari sebelum hari
libur bulan puasa ini. Azis tidak bisa membayangkan akanpada semua itu.
Air
matanya terus bercucuran dan bercucuran, tak kala mengenang akan semua hal
kejadian yang tengah, sudah berlaku. Yangmana Lela akan kekasih haramnya telah menceritakan
segala galanya kepada Azis di kala waktu.
Dan mungkin
kepada orang tuannya sahaja akan dara tersebut tiada, belum menceritakan cita
citanya itu. Pemuda penyuka sastra yang kini tengah berjauhan dengan kekasih
pujaan sangat tahu bagaimana akan kecemasan dan kesedihan yang dialami oleh Lelanya
yang sekarang ini telah pun berjauhan dengan dirinya.
Belumlah pemuda
tersebut terlepas daripada semua kejadian itu, ia pun menuliskan sebuah puisi
akanpada sebuah kerinduan, kerisauannya, kegundahannya, akanpada perasaan yang
tengah dirasainya.
Bersambung.....
Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda semua.
Terimakasih bahagi anda yang sudah mahu membaca.
Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 18 Mey 2018.
0 Comments