Sebuah Novel; Elegi Berkasih di Bandar Darussalam {18}



Sebuah Novel; 

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai


-{({ 71 })}-

Rumah Sakit
***

Dan pastilah siapa sahaja yang tengah bersusah hatinya, orang orang yang tengah bersedih pada rasa, siapa pun ia yang tengah memapah asa, sangatlah, wajarlah akanpada kejadian seperti yang dialami Azis juga akan berlaku kepada mereka meraka yang tengah seperti itu, mungkin.

Akanlah berlaku pada mereka, siapa sahaja yang tengah, apalagi sudah pernah mengalami akanpada hal yang sama, merasakan akanpada sekalian gundah gulana seperti yang tengah membaluti diri akan pemuda penyair, Azis Muhammad Zul. Mereka pastilah akan tahu, akan memahami bagaimana itu.

Sore hari, sebelum Lelanya dibawa pulang ke kampung halaman oleh ayahnya, Azis menyempatkan diri untuk bertemu sekali lagi dengan perempuannya yang sebentar lagi akan dibawa pergi dari Banda Aceh, akan dibawa pergi jauh dari jangkauannya.

Pun, kerana pada kuliah di kampus di akhir pekan ini juga akan libur. Adalah libur bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Lela termasuk orang yang sangat beruntung oleh kerana pada waktu, tak kala ia mengalami kecelakaan akan kuliah di kampusnya, Abulyatama.

Sepekan lagi dari masa sebelum ia ditimpa musibah tersebut, akan kuliah di kampusnya itu sudahlah mahu tiba akanpada waktu libur yang panjang. Maka beruntunglah dirinya itu, tak banyak dari mata kuliah yang harus dilewatkannya di kampus.

Dara yang sebentar lagi akan dibawa pulang ke kampung halamannya, kemarin itu ia mengalami akan musibah kecelakaan, akanpada kereta dan dirinya ditabrak orang, nakeuh, ia ditimpa oleh musibah tersebut sebelum sepekan dari bulan Ramadhan tahun ini tiba.  

“Abang.”

“Adek, pulang kampung, ya! Lagi pula kuliah di kampus dua hari lagi sudah pada libur.”

“Jaga diri abang, baik baik, juga jangan lupa untuk tidur di malam hari.”

“Tak bagus bahagi kesehatan, adek, yakin sekali, abang, tahu perihal itu. Kerana jika seseorang itu tak tidur di malam hari.”

-{({ 72 })}-

“Tidaklah akan berbanding jika pun orang yang tidak tidur di waktu malam hari tersebut, walau ia hanya bergadang semalam sahaja dan mengganti akan masa masa tidurnya itu di pagi hari tidaklah berbanding bahkan sampai tujuh hari berturut turut ia tidur di pagi hari tak akan berbanding juga.”

“Tidaklah sama akanpada halnya, begitulah perbandingannya pada kesehatan seseorang yang demikian itu, mereka yang tidak tidur di malam hari.”

“Adek, sangat sangat bahkan yakin sekali, bahawa, abang, sangat sangat tahu pada hal yang demikian itu,” Lela berpamitan juga sedikit memberi, menceramahi akan lelakinya itu.

“Hhhmmm.”

“Hhhmmm,” akan lelakinya itu berguman dalam sendanya dengan perempuan yang sudah menjadi pewarna bahagi kehidupannya tersebut, sebuah senyuman merekah dari mulutnya.

“Hahaha.”

“Iya, iya, sayangku,” akan pemuda penyuka sastra itu bersuara dengan pelan ia agak sedikit berbisik bisik tak kala menjawab daranya itu.

“Dan yang sebenarnya, abanglah yang harus menasehati adek, duluan. Tapi, ya, sudahlah. Kamu menang kali ini, skornya satu kosong. Hehe.”

“Dan juga, bahpun adek, sudah di rumah nantinya. Janganlah dulu banyak banyak bergerak, ya?”

“Jangan makan, makanan yang bisa menghambat penyembuhannya dan, abang, tentu akan baik baik sahaja di sini, yakinlah sayang. Abang sayangkan adek banyak banyak,” Azis mencandai Lela, ia juga berbalas menasehati akan perempuan yang tengah berada tepat di hadapannya kini.

Di sa’at sebelum sang pujaan, perempuannya itu dibawa pulang ke kampung halaman oleh ayahnya. Adalah Azis sengaja untuk bercanda, mecandai akan dara tersebut, yang namun akan kelopak matanya tidak bisa diajak bekerja sama untuk tidak mengeluarkan akanpada air yang ada di sana.

-{({ 73 })}-

Air mata Azis menetes juga dari tempatnya bahpun ia sudah berusaha untuk tenang, pada halnya akan pemuda tersebut sudah mengelola, menjaga sebaik mungkin akan perasaannya di hadapan kekasihnya yang namun prasa itu tak terbendung jua, Lela pun menyeka akan air yang keluar dari mata sang lelaki pujaan.     

Nakeuh, jika sahaja Lela tidak langsung dibawa pulang ke kampung halaman, sama sahaja dirinya itu, pun belum bisa untuk masuk ke ruang kuliah dan pula untungnya akan aktifitas di kampus tersebut, juga hanya akan berlangsung beberapa hari lagi.

Pun, kerana dokter menganjurkan untuk sebulan ini lebih baik akan dara pewarna bahagi kehidupan pemuda penyuka sastra tidaklah banyak bergerak, tidak dahulu untuk banyak melakukan aktifitas apa sahaja.

Maka dariitu, dara yang sudah kurang lebih dua tahun menjalin akan hubungan haram, akan hubungan asmara dengan Azis, langsung sahaja nak dibawa pulang ke kampung halamannya, kampung Raya Dagang, Matang Glumpang Dua, Kota Juang, Bireun.  

Malam malam yang dilalui oleh pemuda penyair semakin kelabu sahaja, terbias pada wajah semulah terlihat. Azis terus membayangkan akanpada perpisahan yang bisa dikatakan lama, mungkin. Sungguh berat terasa berpisah dengan Lela.

Adalah perpisahan kali ini berbeda dengan perpisahan sebelum sebelumnya tak kala hari libur tiba, walau, memanglah pada dasarnya akanpada hari hari libur itu sama sahaja ada, baik di masa bulan puasa, hari raya dan libur libur setiap akhir semester kuliah tiba.

Yang namun keranalah ini, berpisah oleh sebab Lela tengah sakit bukan berpisah kerana tiba hari libur sahaja, adalah kerana oleh sabab Suci Lelanya itu tengah bergelut dengan ujian di dalam hidupnya, yangmana akanpada hal hal yang tak terduga di dalam hidup semua manusia pastilah akan datang menyapa siapa sahaja.

Berhingga teringatlah kembali olehnya akanpada cita cita dara itu. Nakeuh, perempuannya tersebut ingin sekali untuk bisa cumlaude dari kampus. Ianya ingin sekali bisa selesai di tiga tahun setengah dari kuliahnya.

-{({ 74 })}-

Juga oleh kerana akanpada keadaan selama ini, sebelum ia ditimpa musibah sangat sangatlah memungkinkan dara itu untuk bisa meraih cumlaude dari kampusnya, maka dariitu dara tersebut berkeinginan sekali untuk bisa meraih hal itu.

Namun manusia ini, siapa sahaja, mungkin, ada pengecualiannya bahagi mereka, orang orang yang selalu dekat dengan diri-Nya akanlah dengan mudah, tak ada kendala yang bagaimana dan bisa meraih segala sesuatu itu lebih mudah dibandingkan dengan manusia yang sebaliknya

Yang selain daripada orang orang pilihan tersebut hanyalah bisa bercita cita sahaja dan bukan juga tidak akan pernah bisa meraih cita citanya itu adalah kerana Allah SWT, Sang Penentu. Allah-lah yang maha menentukan segala galanya bahagi setiap manusia ini.

Keinginan Lela untuk membahagiakan akan orang tuanya, untuk memberikan akan hadiah dari nilai kuliahnya yang bagus nantinya, kini sudah sirna. Pada halnya di kala waktu, sebelum dirinya kecelakaan, dara itu tengah menunggu akan jadwal daripada seminar.

Ia tengah, tinggal menunggu masa seminar proposal judulnya, yang jadwal akanpada seminar proposal judul skripsinya tersebut sudahlah keluar. Adalah jadwal itu sehari sebelum hari libur bulan puasa ini. Azis tidak bisa membayangkan akanpada semua itu.

Air matanya terus bercucuran dan bercucuran, tak kala mengenang akan semua hal kejadian yang tengah, sudah berlaku. Yangmana Lela akan kekasih haramnya telah menceritakan segala galanya kepada Azis di kala waktu.

Dan mungkin kepada orang tuannya sahaja akan dara tersebut tiada, belum menceritakan cita citanya itu. Pemuda penyuka sastra yang kini tengah berjauhan dengan kekasih pujaan sangat tahu bagaimana akan kecemasan dan kesedihan yang dialami oleh Lelanya yang sekarang ini telah pun berjauhan dengan dirinya.

Belumlah pemuda tersebut terlepas daripada semua kejadian itu, ia pun menuliskan sebuah puisi akanpada sebuah kerinduan, kerisauannya, kegundahannya, akanpada perasaan yang tengah dirasainya.

Bersambung.....



Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda semua.

Terimakasih bahagi anda yang sudah mahu membaca.

Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 18 Mey 2018.

Post a Comment

0 Comments