Sebuah Novel;
"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"
Karya; Syukri Isa Bluka Teubai
-{({ 55 })}-
Hal yang Tak Terduga
***
Dan tidak
pula akan menjadi masalah besar nantinya jika sahaja akanpada persoalan
tersebut dibiarkan. Akanlah pada soal yang sudah dipikirkan itu, pasti akan ditangani
sendiri oleh mereka mereka itu (anak rantau) juga kerana sudah lebih dahulu dipikir
matang matang.
Apa yang
akan terjadi nantinya itu, daripada hasil yang akan menjadi efek baik dan buruknya.
Azis sering begitu, adalah pada suatu hal yang sudah digampangkannya itu, sudahlah
terlebih dahulu ia telah memikirkan akanpada sababnya.
Pemuda
itu tak suka membuat orang lain panik, mungkin, pada dasarnya setiap manusia
yang hidup di dunia ini juga berkeinginan seperti dirinya, yang namun hanya pada
prosesnya sahaja berbeda beda, dirinya, rakan rakannya juga orang lain itu.
Apalagi sampai
membuat kedua orang tuanya itu resah akan hatinya, berhingga bisa membuat mak
dan ayah yang telah melahirkan dan membesarkannya sampai merasa gundah apalagi yang
mereka itu berada di kampung halamannya.
Jika sahaja
sampai, berhingga seperti demikian itu adalah yang begini, ini, merupakan
sebuah hal yang paling, sama sekali tidak disukai olehnya, kerana pada sesuatu
yang berlaku apalagi sesuatu itu memang sengaja.
Akanpada sesuatu
itu dibuat buat oleh sang anak untuk membuat gelisah akan orang tuanya sendiri.
Ia sangatlah tidak suka bahkan sangat sangat membenci akan anak anak yang
seperti itu, yang dengan sangat sengaja membuat orang tua sendiri susah
hatinya.
Azis suka
sekali, akanpada hal yang ia sukai itu yangmana pada hal tersebut dari dahulu memang
sudah menjadi bahagian daripada kebiasannya di dalam hidupnya, sukanya
menggampang gampangkan sebuah masalah adalah kerana ada sababnya.
Adalah kerana
hal yang demikian itu sudahlah dahulu dipikirkannya, akan bagaimana nanti,
akanpada bagaimana cara, jalan keluarnya itu. Sudahlah dahulu dipikirkannya,
bukan tanpa alasan, sesukanya sahaja ia berkelakuan seperti itu, bukan.
Pemuda tersebut
tidak terlalu suka untuk membuat pusing akan rasa, otak yang ada di kepalanya,
bukan pada satu hal sahaja dirinya akan begitu, tetapi bisa dikatan sudah hampir
di semua bahagian, masalah ia suka menggampang gampangkannya, dari dahulu dan
sampai sekarang ini.
-{({ 56 })}-
Adalah supaya
tak kala ingin mengambil, membuat sebuah keputusan yang ketentuan tersebut
memanglah sangat sangat dibutuhkan bahkan di dalam detik itu juga harus ada sebuah
kesimpulannya.
Oleh
kerana, supaya pada sa’at kejadian, akanpada detik detik seperti demikian itu tengah
berlaku, tidaklah ada banyak pertimbangannya dahulu. Tidaklah harus begini dan begitu
dahulu, yangmana tak kala sesuatu itu tengah bergejolak, janganlah sedetik akanpada
waktu sahaja bisa terbuang sia sia.
Di sa’at
sa’at suasa tengah tegang, tengah kacau balau seperti demikian, bisa sahaja bahkan
sering membuat siapa sahaja lupa akanpada dirinya. Pada halnya, pada yang
sepatutnya masihlah banyak hal, sesuatu yang lain bisa, lebih mungkin untuk
dilakukan. Maka ia tak suka pada kepanikan, seseorang.
Begitulah
dirinya, tingkahnya tak kala musibah tengah menimpa Lelanya, pada sa’at, setelah
ia memastikan keadaan, sesudah melihat kekasihnya itu di klinik tersebut, ia
tidak begitu gundah dan resah lagi akanpada hal kejadian tersebut.
Kerana pun
Lela akan kekasih yang masih haram bahaginya di waktu itu tidaklah mengalami luka
parah, lagi pun akan daranya tersebut masih sadar akan dirinya itu akanlah
perempuannya tidak tengah pingsan.
Maka dari
itu Azis tidak dahulu memberitahukan akanpada rakan rakannya yang lain selain
daripada Muhammad Nazar, Rambo. Yang juga suatu kebetulan sahaja di malam sa’at
kejadian, akan kecelakaan yang tengah menimpa Lela.
Akan Icut,
dara Bireun itu pun tengah bersama sang calon imam yang beberapa bulan lagi akan
mengimami setiap shalat shalatnya, adalah dirinya tengah bersama seorang rakan
hidup yang senantiasa, sedia menemaninya di dalam kehidupannya.
-{({ 57 })}-
Sesampainya
di kosan, Fitri Al Fifi, rakan Lela yang tinggal satu rumah kosan dengannya
sudah menunggu mereka. Azis, Rambo yang mereka itu pergi pulang ke kosan Lela
menggunakan kereta, sekalian mereka tibanya itu adalah bersamaan.
Mereka itu
tiba di kosan tersebut, sekalian dengan bang Indra yang membawa serta Icut dan
Lela, akan dara yangmana kaki kirinya itu patah akibat ditabrak orang, namun sudah
diurut dan telah pun dibalut dengan karet pembalut.
Setelah
sampai tepat di hadapan kosan, Azis mengangkat ke luar tubuh Lela dari dalam mobil
bang Indra di bantu oleh Icut dan Fitri yang sedari tadi sudah menunggu akan kepulangan
mereka dari tempat urut, kemudian membawanya masuk ke dalam rumah kos dan
langsung membawanya masuk ke dalam kamarnya.
Adapun akanpada
kasur dan lain sebagainya sudah pun dipersiapkan oleh Fitri Al Fifi, rakan
kosnya Lela. Di satu rumah kosan itu hanya ditinggali oleh Fitri dan Suci Lela
sahaja, mereka menyewa akan rumah kosan dua kamar tersebut hanya berdua sahaja.
Malam itu
Icut ikut nginap di kosan yang berada di komplek Pade Permai, Cot Iri, Ulee
Kareng tersebut supaya Firtri, rakannya yang berasal dari kota Buloh Blang Ara,
Aceh Utara, itu, tidaklah sendirian untuk menemani Lela yang tengah sakit.
Beberapa
sa’at kemudian bang Indra pamit, meminta diri untuk pulang kerana katanya, ia sudah
ditunggui oleh kedua orang tuanya yang baru sahaja sampai dari kampung asalnya,
bang Indra itu juga berasal dari daerah Utara.
Tepatnya
ia berasal dari kota Lhokseumawe, akan rumah orang tuanya itu berada tepat di tengah
tengah kota yang dulunya akanpada kota tersebut sangat sangat terkenal megah
bahkan daerah Utara itu, dahulu, sampai dijuluki dengan daerah petrodollar.
Azis pun
berterimakasih yang sebesar besarnya kepada bang Indra, yang ia merupakan
pegawai salah satu bank terkemuka di ibukota privinsi Aceh ini, yang juga ia
itu adalah karib dan bisa dibilang telah menjadi, sudah seperti abangnya M. Nazar.
Pemuda
itu sangat sangat berterimakasih banyak kepada bang Indra, keranalah telah sudi
kiranya, akan lelaki yang tengah ditunggui oleh orang tuanya di rumahnya itu, telah
sudi kiranya meluangkan akan waktunya untuk membantu mereka, sekali lagi Azis
berterimakasih banyak kepada bang Indra.
-{({ 58 })}-
Setelah
memastikan semuanya sudah terkendali, akan Azis dan Nazar pun meminta diri
untuk pulang ke kosan mereka, kerana memang semuanya sudah dipastikan, semuanya
itu sudahlah terkendali untuk malam itu.
Azis juga
tidak lupa untuk mengingatkan akan Lelanya, Icut dan Fitri bahawa jika sahaja
nanti terjadi sesuatu, ada sesuatu hal yang berlaku janganlah lagi ditunggu
lama lama untuk memberitahukan dirinya, Nazar juga ikut mengiyakan akanpada arahan
rakannya tersebut.
Semuanya
sudahlah terjadi, Suci Lela kecelakaan dan patah kakinya, semuanya kini pasti
dan nyata akanpada kenyataan kenyataan yang sudah berlaku menimpa dara itu, adalah
sudah di hadapan mata kepala.
Sesampainya
Azis di kosan Munawir Aray yang kosan lelaki rakannya itu, akan kosan abang
letingnya tersbeut masih berada di daerah Ulee Kareng juga, seketika sahaja ia
merebahkan akan badannya di atas hamparan kasur yang selalu terbentang, Aray
tak berkata apa apa.
Adalah Aray,
akanpada panggilan akrab pemuda itu untuk lelaki yang nama aslinya sekaligus
nama lengkapnya itu, Munawir. Akan lelaki tersebut merupakan abang letingnya
sewaktu masih di dayah Misbahul Ulum, Paloh, Lhokseumawe, dahulu.
Pada malam
kejadian itu Azis lebih memilih untuk pulang ke kosan Aray sahaja, akan lelaki yang
satu tahun lebih dahulu tamat, yang iaitu, Munawir adalah angkatan 2008,
Misbahul Ulum, sedangkan Azis, ia merupakan angkatan 2009.
Bersambung.....
Nantikah kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda.
Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membaca.
Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 14 Mey 2018.
0 Comments