Sebuah Novel; Elegi Berkasih di Bandar Darussalam {14}



Sebuah Novel;

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai


-{({ 55 })}-

Hal yang Tak Terduga
***
Dan tidak pula akan menjadi masalah besar nantinya jika sahaja akanpada persoalan tersebut dibiarkan. Akanlah pada soal yang sudah dipikirkan itu, pasti akan ditangani sendiri oleh mereka mereka itu (anak rantau) juga kerana sudah lebih dahulu dipikir matang matang.

Apa yang akan terjadi nantinya itu, daripada hasil yang akan menjadi efek baik dan buruknya. Azis sering begitu, adalah pada suatu hal yang sudah digampangkannya itu, sudahlah terlebih dahulu ia telah memikirkan akanpada sababnya.

Pemuda itu tak suka membuat orang lain panik, mungkin, pada dasarnya setiap manusia yang hidup di dunia ini juga berkeinginan seperti dirinya, yang namun hanya pada prosesnya sahaja berbeda beda, dirinya, rakan rakannya juga orang lain itu.

Apalagi sampai membuat kedua orang tuanya itu resah akan hatinya, berhingga bisa membuat mak dan ayah yang telah melahirkan dan membesarkannya sampai merasa gundah apalagi yang mereka itu berada di kampung halamannya.

Jika sahaja sampai, berhingga seperti demikian itu adalah yang begini, ini, merupakan sebuah hal yang paling, sama sekali tidak disukai olehnya, kerana pada sesuatu yang berlaku apalagi sesuatu itu memang sengaja.

Akanpada sesuatu itu dibuat buat oleh sang anak untuk membuat gelisah akan orang tuanya sendiri. Ia sangatlah tidak suka bahkan sangat sangat membenci akan anak anak yang seperti itu, yang dengan sangat sengaja membuat orang tua sendiri susah hatinya.

Azis suka sekali, akanpada hal yang ia sukai itu yangmana pada hal tersebut dari dahulu memang sudah menjadi bahagian daripada kebiasannya di dalam hidupnya, sukanya menggampang gampangkan sebuah masalah adalah kerana ada sababnya.

Adalah kerana hal yang demikian itu sudahlah dahulu dipikirkannya, akan bagaimana nanti, akanpada bagaimana cara, jalan keluarnya itu. Sudahlah dahulu dipikirkannya, bukan tanpa alasan, sesukanya sahaja ia berkelakuan seperti itu, bukan.

Pemuda tersebut tidak terlalu suka untuk membuat pusing akan rasa, otak yang ada di kepalanya, bukan pada satu hal sahaja dirinya akan begitu, tetapi bisa dikatan sudah hampir di semua bahagian, masalah ia suka menggampang gampangkannya, dari dahulu dan sampai sekarang ini.

-{({ 56 })}-

Adalah supaya tak kala ingin mengambil, membuat sebuah keputusan yang ketentuan tersebut memanglah sangat sangat dibutuhkan bahkan di dalam detik itu juga harus ada sebuah kesimpulannya.

Oleh kerana, supaya pada sa’at kejadian, akanpada detik detik seperti demikian itu tengah berlaku, tidaklah ada banyak pertimbangannya dahulu. Tidaklah harus begini dan begitu dahulu, yangmana tak kala sesuatu itu tengah bergejolak, janganlah sedetik akanpada waktu sahaja bisa terbuang sia sia.

Di sa’at sa’at suasa tengah tegang, tengah kacau balau seperti demikian, bisa sahaja bahkan sering membuat siapa sahaja lupa akanpada dirinya. Pada halnya, pada yang sepatutnya masihlah banyak hal, sesuatu yang lain bisa, lebih mungkin untuk dilakukan. Maka ia tak suka pada kepanikan, seseorang. 
  
Begitulah dirinya, tingkahnya tak kala musibah tengah menimpa Lelanya, pada sa’at, setelah ia memastikan keadaan, sesudah melihat kekasihnya itu di klinik tersebut, ia tidak begitu gundah dan resah lagi akanpada hal kejadian tersebut.

Kerana pun Lela akan kekasih yang masih haram bahaginya di waktu itu tidaklah mengalami luka parah, lagi pun akan daranya tersebut masih sadar akan dirinya itu akanlah perempuannya tidak tengah pingsan.

Maka dari itu Azis tidak dahulu memberitahukan akanpada rakan rakannya yang lain selain daripada Muhammad Nazar, Rambo. Yang juga suatu kebetulan sahaja di malam sa’at kejadian, akan kecelakaan yang tengah menimpa Lela.

Akan Icut, dara Bireun itu pun tengah bersama sang calon imam yang beberapa bulan lagi akan mengimami setiap shalat shalatnya, adalah dirinya tengah bersama seorang rakan hidup yang senantiasa, sedia menemaninya di dalam kehidupannya.

-{({ 57 })}-

Sesampainya di kosan, Fitri Al Fifi, rakan Lela yang tinggal satu rumah kosan dengannya sudah menunggu mereka. Azis, Rambo yang mereka itu pergi pulang ke kosan Lela menggunakan kereta, sekalian mereka tibanya itu adalah bersamaan.

Mereka itu tiba di kosan tersebut, sekalian dengan bang Indra yang membawa serta Icut dan Lela, akan dara yangmana kaki kirinya itu patah akibat ditabrak orang, namun sudah diurut dan telah pun dibalut dengan karet pembalut.

Setelah sampai tepat di hadapan kosan, Azis mengangkat ke luar tubuh Lela dari dalam mobil bang Indra di bantu oleh Icut dan Fitri yang sedari tadi sudah menunggu akan kepulangan mereka dari tempat urut, kemudian membawanya masuk ke dalam rumah kos dan langsung membawanya masuk ke dalam kamarnya.

Adapun akanpada kasur dan lain sebagainya sudah pun dipersiapkan oleh Fitri Al Fifi, rakan kosnya Lela. Di satu rumah kosan itu hanya ditinggali oleh Fitri dan Suci Lela sahaja, mereka menyewa akan rumah kosan dua kamar tersebut hanya berdua sahaja.

Malam itu Icut ikut nginap di kosan yang berada di komplek Pade Permai, Cot Iri, Ulee Kareng tersebut supaya Firtri, rakannya yang berasal dari kota Buloh Blang Ara, Aceh Utara, itu, tidaklah sendirian untuk menemani Lela yang tengah sakit.

Beberapa sa’at kemudian bang Indra pamit, meminta diri untuk pulang kerana katanya, ia sudah ditunggui oleh kedua orang tuanya yang baru sahaja sampai dari kampung asalnya, bang Indra itu juga berasal dari daerah Utara.

Tepatnya ia berasal dari kota Lhokseumawe, akan rumah orang tuanya itu berada tepat di tengah tengah kota yang dulunya akanpada kota tersebut sangat sangat terkenal megah bahkan daerah Utara itu, dahulu, sampai dijuluki dengan daerah petrodollar.

Azis pun berterimakasih yang sebesar besarnya kepada bang Indra, yang ia merupakan pegawai salah satu bank terkemuka di ibukota privinsi Aceh ini, yang juga ia itu adalah karib dan bisa dibilang telah menjadi, sudah seperti abangnya M. Nazar.

Pemuda itu sangat sangat berterimakasih banyak kepada bang Indra, keranalah telah sudi kiranya, akan lelaki yang tengah ditunggui oleh orang tuanya di rumahnya itu, telah sudi kiranya meluangkan akan waktunya untuk membantu mereka, sekali lagi Azis berterimakasih banyak kepada bang Indra.

-{({ 58 })}-

Setelah memastikan semuanya sudah terkendali, akan Azis dan Nazar pun meminta diri untuk pulang ke kosan mereka, kerana memang semuanya sudah dipastikan, semuanya itu sudahlah terkendali untuk malam itu.

Azis juga tidak lupa untuk mengingatkan akan Lelanya, Icut dan Fitri bahawa jika sahaja nanti terjadi sesuatu, ada sesuatu hal yang berlaku janganlah lagi ditunggu lama lama untuk memberitahukan dirinya, Nazar juga ikut mengiyakan akanpada arahan rakannya tersebut.
 
Semuanya sudahlah terjadi, Suci Lela kecelakaan dan patah kakinya, semuanya kini pasti dan nyata akanpada kenyataan kenyataan yang sudah berlaku menimpa dara itu, adalah sudah di hadapan mata kepala.

Sesampainya Azis di kosan Munawir Aray yang kosan lelaki rakannya itu, akan kosan abang letingnya tersbeut masih berada di daerah Ulee Kareng juga, seketika sahaja ia merebahkan akan badannya di atas hamparan kasur yang selalu terbentang, Aray tak berkata apa apa.  

Adalah Aray, akanpada panggilan akrab pemuda itu untuk lelaki yang nama aslinya sekaligus nama lengkapnya itu, Munawir. Akan lelaki tersebut merupakan abang letingnya sewaktu masih di dayah Misbahul Ulum, Paloh, Lhokseumawe, dahulu.

Pada malam kejadian itu Azis lebih memilih untuk pulang ke kosan Aray sahaja, akan lelaki yang satu tahun lebih dahulu tamat, yang iaitu, Munawir adalah angkatan 2008, Misbahul Ulum, sedangkan Azis, ia merupakan angkatan 2009.

Bersambung.....


Nantikah kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda.

Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membaca.

Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 14 Mey 2018.

Post a Comment

0 Comments