Sebuah Novel; Elegi Berkasih di Bandar Darussalam {2}



Sebuah Novel;

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai




-{({ 5 })}-


Awal Bermula Daripada Pertemuan
***

Namun setelah satu tahun kemudian, sebuah pesan singkat masuk ke dalam inbox Hp pemuda kampung yang empat tahun lebih dahulu tamat dari Misbah, akan lakap untuk tempat bahagi sekalian mereka yang sudah menjadi alumni dari dayah modern Misbahul Ulum, Paloh. Adapun pesan singkat tersebut datangnya dari nomor yang tiada dikenal oleh pemuda penyuka sastra tersebut.



“Rakan rakan semua, ma’af sudah mengganggu aktifitasnya hari ini, langsung sahaja, saya tidak lagi pakek nomor 0852****** itu ya, sudah diganti dengan nomor baru yang ini 0853******, simpan nomor baru saya, ya! Terimakasih. Tertanda Suci Lela,”

Awalnya Azis tiada begitu peduli pada pesan singkat tersebut, dan tidakpun terbayang akannya pada Lela, yang sekarang ini dara tersebut sudah mengirimkannya sebuah sms pemberitahuan. Pun, sabab daripada tidak begitu pedulinya ia akan sms yang masuk itu kerana sudah satu tahun tidak ada lagi akan kabar diantara keduanya. 

Nakeuh, sudah berselang tahun tidak ada berita antara dirinya dengan dara berhidung mancung itu, setelah dilihat akan pesan singkat tersebut dibiarkan sahaja begitu. Satu hari sesudah pesan itu masuk, Azis baru menyadarinya yang bahawa pesan singkat itu datangnya daripada Lela.

Pengirimnya adalah dara yang sudah satu tahun tidak lagi berkomunikasi dengannya. Itu adalah nomor Handphone (Hp) barunya Suci Lela. Ia merasa senang dan bahagia, kemarin itu pemuda tersebut tidaklah begitu memperhatikan akanpada pesan yang masuk. “Untung sahaja pesan darinya belum kuhapus, seandainya sahaja sudah kuhapus!” guman Azis sembari menggeleng gelengkan kepalanya.

Akan raut di wajah daripada pemuda penyuka sastra itu, seperti adanya lampu di dalam kulit mukanya, kerana wajahnya kian berseri bercahaya, kerana Lela masih menyimpan nomor Hp nya. Pun, kerana dara itu masih menghubunginya.

Azis tak peduli akanpada isi sms yang sampai kepadanya asalkan Lela yang mengirimnya, ia juga tidak peduli jika dara itu memang mengirim akan pesan singkat itu sama, ke semua nomor yang masih ada di daftar kontak penghubung modernnya itu.

“Jikalau sahaja perempuan itu tiada lagi menyimpan nomorku, bisakah ini dibilang suatu kebetulan?” Azis membatin sendiri sembari menggigit bibirnya, hp yang ada di tangannya tersebut terus diputar putar olehnya. Akan pemuda yang tengah berbahagia, sudahlah jelas jelas ianya masih menyimpan akan nomor hp Lela, bahpun ia sudah tahu bahawa nomor yang masih disimpannya itu sudah satu tahun tidak pernah aktif lagi. 

-{({ 6 })}-

Kerana sesekali waktu, bahpun di dalam ketidak peduliannya ia dengan sangat sengaja menelepon nomor lama Lela yang masih disimpan, sesekali waktu ia masih menghubungi akan nomor handphone yang tidak lagi aktif tersebut, Azis berharap akanlah nomor tersebut aktif di waktunya.

Dan hal itu dilakukannya bukan sekali dua kali, atawa sebulan, dua bulan, sebegitunya dan itu dilakukan di dalam ketidak peduliannya, ia tidak begitu peduli, yang namun saban waktu diteleponnya akan nomor Lela, dara ceudah (cantik) yang berasal dari kampung Raya Dagang, Matang Glumpang Dua.

Azis sedemikiannya dalam perlakuan, bahkan sampai pada waktu ia menerima pesan dari dara yang baru sahaja menggunakan nomor baru tersebut. Adalah sehari sebelum Lela mengirimnya akan pesan pemberitahuan bahawa ia sudah memakai nomor handphone baru, adalah kemarin itu Azis juga baru sahaja mengontak nomor lama Lela.  

Sampai satu tahun masa ia masih melakukan akan hal yang sama, menelepon nomor Lela yang tiada aktif tersebut, begitulah caranya, ia tidak begitu peduli pada nomor dara tersebut. Sampailah pada waktu pesan pemberitahuan itu masuk ke inbox hpnya di hari yang entah di malamnya, di dalam tidurnya itu ia mimpi apa! Berhingga sms dari Lela sampai kepadanya.

Setelah berdiri daripada tempat duduknya, ia duduk kembali, beberapa kali itu dilakukan. Orang orang yang tengah berada di kedai kopi tidak membuang pandang daripada menatap dirinya, kedai kopi itu berada di persimpangan kampungnya.

Kedai yang merupakan tempat di mana sekalian pemuda dan beberapa orang tua kampung tengah berada bersama tak kala sms dari Lela yang masuk ke inboxnya dilihat lagi akanlah kejadian di kedai kopi tersebut berlaku setelah satu hari sesudah pesan singkat itu masuk ke inbox hpnya.

Kopi pun tidak sempat dibayar pada hari itu, Azis bergegas pulang ke rumah orang tuanya. Berniat untuk seketika bisa menghubungi lagi akan dara tersebut di rumah, kerana dirinya sudah sadar bahawa pesan pemberitahuan itu datangnya dari Lela. Sesampai di rumah seketika sahaja ia menelepon Lela, panggilannya berhasil, nomor yang di tuju angktif tapi sayang tak ada jawaban dari seberang sana. 

-{({ 7 })}-

Bahpun panggilan tersebut tak dijawab oleh dara Matang itu, yang namun ia sudah sangat bahagia di kesempatan waktu. Sampai sampai uang kopi yang belum dibayar tak diingat lagi, pada malamnya ia baru menyadari, bahawa kopi yang diminum hari tadi belumlah dibayar olehnya.

Masa masa seperti dahulu kembali dirasai, semangat cintanya sudah tumbuh lagi, adanya seperti semula lagi, sudah kembali ber-sms-an dengan dara tersebut, bertanya akan segala hal yang telah berlaku setelah satu tahun tiada kabar antara pemuda Bluka Teubai dengan dara kampung Raya Dagang, Matang Glumpang Dua.

Keduanya kini tengah larut dalam komunikasi yang pastilah di sana sudah terbumbui oleh penyedap penyedap daripada sekalian bubuk bubuk cinta, kasih mengasihi. Adakala mereka itu tengah dimabuk oleh asmara yang sudah biasa berlaku di umur orang orang muda.

Satu tahun sudah berlalu, satu tahun sesudah masa daripada keduanya itu tiada berita, sudahlah terlewati dan kini Lela sudah berada di ibukota provinsi yang Azis juga telah satu tahun lebih dahulu berada di sana untuk melanjutkan kuliahnya setelah dua kampus yang berada di Lhokseumawe tidak bisa membuatnya nyaman, berhingga ia memilih untuk berhijrah ke bandar para raja di masa.

Suci Lela baru sahaja, sudah mendaftar dan telah lulus di salah satu kampus yang ada di ibukota provinsi Aceh. Setelah sekian lama tak pernah bertemu muka hanya menjalin hubungan lewat udara, akhirnya keduanya bisa bersama sama lagi, di satu daerah yang sama juga, adalah kini mereka berada di Bandar Aceh Darussalam.

Dan sekarang ini sudah sama sama lagi dalam hal menuntut ilmu di daerah yang sama, namun berbeda tempat dan kampus sahaja. Azis sudah satu tahun kuliah di IAIN yang kini sudah menjadi UIN Ar-Raniry, Lela pun sudah lulus dan sudah mulai aktif kuliah di kampus Abulyatama.

-{({ 8 })}-

Namun sebelum sebuah pertemuan nyata itu terjadi diantara keduanya, setelah bertahun lamanya berkenalan lewat udara. Ikatan cinta pun begitu cepat berlaku seakan tiada lagi mengenal waktu, Azis tidak lagi menunggu, apalagi untuk menyia nyiakan akanpada kesempatan.

Ia seketika mencurahkan isi hatinya kepada Lela, beberapa tahun sudah, dirinya memendam rasa. Akan cintanya kepada perempuan yang sempat hilang ditelan oleh pergerakan dunia kini sudah tumbuh bercabang, bak pohon beringin yang sudah berumur puluhan bahkan bisa ratusan tahun. Begitulah besar akan rasanya kepada Lela, dara Matang tersebut.

Walau belum pernah bertatap muka sekalipun, dan ia tiada mahu lagi mempertimbangkan apa apa. Begitulah cinta. Ia takut akan Lelanya hilang untuk kedua kalinya. Maka dengan segera ia mencurahkan hasrat yang sudah lama ada.

Beruntunglah dirinya, kerana pada taman harapan itu belum ada satu tanaman pun yang sudah tersemai di atasnya. Kebun itu masih bertanah lapang, sehelai rumput pun belum pernah tumbuh di sana, pagar emas kawat berduri itu dengan kokoh tetap, masih mengitari akan taman hayati, belumlah ada satu pun tanaman lain yang tumbuh menghiasinya.

Nekeuh, tanggal bersejarah dalam hidupnya kedua anak manusia itu kini sudah terukir di dalam ingatan masing masing, iaitu tanggal 20 November 2012, tepat pada malam Selasa di tahun yang sama, di tahun yang mereka itu kembali dipersatukan untuk kedua kalinya di daerah yang sama, di Bandar Aceh Darussalam.

Walau belum pernah sekalipun bertemu muka. Akan kalimat kalimat cinta, ‘ana uhubbuki, ya, ukhtiii (saya cinta kamu, duhai, perempuanku)’ dan ‘ana uhibbuka aizdhan, ya, akhiii (saya juga cinta kamu, duhai, lelakiku) antara keduanya sudahlah terikrar pasti. Dan Azis pun menumpahkan kesenangannya itu ke dalam sebuah puisi; 

Bersambung.....



Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini, berkenan di hati anda semuanya. 


Terimakasih untuk yang sudah mahu membacanya!



Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.

Banda Aceh, 03 Mey 2018.


Post a Comment

0 Comments