Sebuah Novel; Elegi Bekasih di Bandar Darussalam {11}



Sebuah Novel;

"Elegi Berkasih di Bandar Darussalam"

Karya; Syukri Isa Bluka Teubai



-{({ 43 })}-

Hal yang Tak Terduga
***

“Drrrriiiiinnnnnnnnnggg, dddddddrrring, driiiiiiiiiiiiiiiiiiinggggg,” Handphone Azis berbunyi.

Dua kali nada dering Handphonenya berbunyi dan ia mengangkat akan telepon itu, dari seberang terdengar suara Lela, akan kekasih tercinta nak memberitahukannya bahawa nanti malam ia mahu mengambil tugas kuliah sama kakak leting kampusnya.

Kerana tugas itu harus selesai dikerjakan oleh setiap mahasiswa dan mahasiswi di jurusan keperawatan Abulyatama tersebut, yang mereka mereka itu satu ruang kuliah dengannya. Adapun tugas kuliah yang mahu diambilnya itu, merupakan mata kuliah semester hadapan bahaginya, pada haknya.

Namun ia diperbolehkan untuk mengambil mata kuliah abang, kakak leting dan juga akan berlaku bahagi sekalian mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah di kampus mana sahaja. Akanlah tak menjadi persoalan apabila ingin mengambil mata kuliah tambahan seperti demikian.

Yang namun akan KRS (kartu rencana study) setiap pelajar di kampus musti mencapai target, adalah ketentuan tertentu yang sudah menjadi hak. Tugas yang mahu diambil oleh Lela setelah magrib nanti harus siap dikerkajan pada malam itu juga, kerana esoknya harus sudah dikumpul.

Dara yang pemalu dan tidak pandai untuk memulai percakapan apabila berhadap hadapan, tak kala bertemu dengan rakan rakannya apalagi dengan orang orang yang baru dikenalnya itu. Adalah sudah menjadi kebiasaannya untuk memberitahukan sang lelaki pilihan hatinya, Azis muhammad Zul, jika ianya nak bepergian ke mana mana tempat.

Setelah percakapan singkat antara keduanya melalui Hp, Azis menyempatkan diri untuk membeli surat kabar yang pada sore hari Senin menjelang magrib itu, akan puisi karyanya yang ia kirimkan ke kantor berita di beberapa hari lalu, sudahlah dimuat.

Ia sudah punya rencana, nanti malam setelah pulang dari mengajar private di rumah bu Amamah, dirinya mahu memberitahukan akan Lelanya pada kabar gembira, pada kabar puisi yang dimaksud. Puisinya telah pun dimuat di surat kabar.

-{({ 44 })}-

“Begitulah, tak kala waktunya sudah tiba, akanpada sebuah rasa bahagia terlukis indah di hati ini.”
                    
“Dan puisi itu adalah salah satu karyaku yang pertama sekali dimuat di surat kabar,” Azis menarik nafas dalam dalam, kemudian merapatkan tubuh bahagian belakangnya ke sebuah senderan yang ada di atas balai bambu beratap rumbia yang sudah dipermaknya.

Di malam penantian yang mana malam tersebut adalah waktu untuk memperingati empat tahun akan ikatan pernikahannya dengan Lela, yang beberapa jam lagi akan tiba. Sekira jasadnya sudah pada senderan, ia melanjutkan lagi bacaannya;
  
Senin malam, tanggal 14 September 2014. Ba’da magrib, ia pun telah berada di rumah bu Amamah, tempat di mana dirinya mengajar private. Nakeuh, untuk mengajari akan anak anak yang orang tuanya tidak punya waktu luang untuk mengajari anak anaknya sendiri. Mereka pekerja.

Anak anak yang tinggal dan menghabiskan akan masa kanak kanaknya sampai dengan masa remaja di kampung, niscayalah berbeda mereka itu. Kerana anak anak yang tinggal di kampung kampung, umumnya, semenjak dari kecilnya sudah dibekali dengan ilmu agama yang munpuni.

Azis mengajari akan anak anak dari mereka yang menyewa guru ngajar private, demi tambahan bahagi uang jajannya dan itu merupakan kerja sampingannya. Banda Aceh yang merupakan ibukota daripada provinsi negeri ini, juga di kota kota besar lainnya pastilah ada, sudah pada umumnya menggunakan jasa guru private.

Pemuda tersebut mengajari akan anak anak daripada bu Amamah, membaca Al-Qur’an Al-Karim beserta makhraj dan tajwidnya, kitab kitab arab dan jawi seperti kitab Masailal, Al-Alkhlaq juga beberapa kitab lainnya untuk kalangan pemula.

Ia pun mengajari mereka bahasa Inggris, Arab, mukaddimah Pidato, Pidato/Ceramah, kadang kadang juga ia mengejari akan anak anak tersebut tentang pelajaran pengetahuan umum, dan lain sebagainya.

-{({ 45 })}-

Pemuda penyuka sastra itu pun, sering sekali memberitahukan mereka, anak anak yang pernah diajarinya dan siapa sahaja daripada sekalian anak anak muda yang berjumpa, sudah pernah bercakap cakap dengannya supaya sekaliannya itu janganlah sekali kali malas membaca dan membaca.

“Drrrrreeeeeeeeeerrtttt.”

Handphone Azis bergetar, Lela rupanya. Dara itu menghubungi dirinya adalah untuk memberitahukan akan pemuda tersebut bahawasanya ia akan bersegera pergi untuk mengambil tugas kuliah sama kakak leting kampusnya.

Setelah beberapa menit berlalu, tak pun sampai sepuluh menit dari masa sesudah perempuan berkulit putih itu menghubungi akan pemuda yang pada waktu tengah mengajari anak anak bu Amamah membaca Al-Qur’an Al-Karim.

“Dddddrrreeeeeeeeeeeettt, ddddrrreeeeeeeeeeetttt, ddddddddrrreeett.” Tiba tiba alat penghubung di zaman modern ini yang alat tersebut berada di dalam saku celananya bergetar.

Terlihat nama Lela tertulis dilayar Handphonenya, antara mahu menjawab panggilan itu atawa tidak, kerana ia tengah membaca Al-Qur’an bersama Mulia dan Riski. Mereka tengah membaca akan ayat ayat suci yang tertulis rapi di dalam mushaf tersebut bersama sama.  

Namun terus terngiang di pikirannya tentang panggilan itu, lagipun ia tak begitu fukos lagi dalam membaca Al-Qur’an yang terletak di atas kayu hias terbentang, tepat berada di hadapannya. Beberapa detik kemudian, tak kala handphonenya sudah bergetar beberapa kali di dalam saku celananya.

Ia pun menjawab akan panggilan telepon dari dara yang amat disayanginya tersebut. Namun beberapa sa’at belum juga terdengar suara Lela dari seberang sana, di kala waktu akan Azis tidak punya firasat apa apa.

Walaupun Lela belum berkata kata dan meneleponnya secara tiba tiba sahaja, kerana kurang lebih sepuluh menit sebelumnya akan perempuan berkulit putih yang tengah pergi untuk mengambil tugas kuliah sudahlah meneleponnya.

-{({ 46 })}-

“Bang, adek kecelakaan!”

“Adek, ditabrak orang, bang!” Suara Lela dari seberang telepon terdengar irih, sedikit agak bergetar akanpada suara tersebut sesa’at dara itu memberitahukan Azis atas apa yang sudah berlaku, pada apa yang tengah dialaminya, adalah perihal kecelakaannya.

Sejenak, seakan hilanglah akalnya di dalam pikiran, semua kegundahan yang ada di dalam hati pemuda yang baru sahaja mendengar berita akan kekasih tercintanya tengah kecelakaan, segala keresahan itu hadir bertumpuk menjadi bahagian daripada penghias akan warna dan raut di muka, wajahnya lesu.

Dipenuhi harap dalam tanya, tapi kepada siapa ia harus bertanya tanya. Sejenak pemuda itu seperti lupa pada sekalian rasa yang ada di dalam diri setiap manusia, sedangkan Lelanya sudah beberapa kali memanggil manggil namanya.

“Iya, iya, adek bagaimana kedaannya?”

“Ada, luka?”

“Sekarang ini, adek di mana?” Azis baru bisa bertanya!

Pertanyaan itu keluar dari mulutnya setelah beberapa sa’at dirinya tak bisa mengontrol akanpada kendali yang ada di pikirannya. Lela pun memberitahukan di mana tempat kejadian. Tak ditunggu lama akan pemuda yang tengah mengajar itu seketika meminta pamit pada anak anak yang tengah diajarinya dan bergegas pergi ke tempat kejadian perkara.

Di jalan dalam perjalanannya, terbayang olehnya bermacam macam bayangan, apalah akanpada kendala. Terpikir selalu akan bagaimanakah gerangan, perihal sang kekasih hatinya, sedikit sekali kelegaan yang bisa mewakili dirinya.

Walaupun tadi Lela sendiri yang memberitahukan akanpada hal kejadian, bukan orang lain. Berhingga dalam asumsinya, pribadi hati kecilnya berpendapat, bahawa sang pujaan tidak begitu luka parah dalam kecelakaan tersebut.

Bahpun demikian, ia tetap, pemuda itu masih juga merasa was was di hatinya kerana belum melihat dara yang tengah kecelakaan, kerana juga belum menjumpai, berjumpa ianya dengan kekasih haramnya, Suci Lela.

Bersambung.....


Nantikan kisah selanjutnya, semoga novel pertama saya ini berkenan di hati anda.

Terimakasih untuk anda yang sudah mahu membacanya.

Hormat Saya; Syukri Isa Bluka Teubai.
Banda Aceh, 12 Mey 2018.

Post a Comment

0 Comments