Langit Malam Empat Desember

Syukri Isa Bluka Teubai
Foto@LodinLA


Langit Malam Empat Desember

Langit langit malam perlahan benderang, dari segala sisi akan cahaya rembulan berdatangan walaupun samar samar. Begitulah keadaan, malam. Jarum jam bergerak ia sudah diatur oleh arahan, tugasnya berdetak, pasti. 4 Desember telah tiba, adalah tanggal yang bersahaja di malam yang ia nya bulan tak ditemani oleh bintang, tak kala jarum jarum yang tak bernyawa itu tepat diarahnya.

Begitulah, malam berlalu. Aku masih menanti bangku plastik putih yang sudah patah tempat bersendernya, segelas kopi hitam. Rokok merahku, Gudang Garam merknya, kini batang kedua tengah aku bakar. Akan pandangan langit langit malam, kian bercahaya. Semalam tak ada hujan setetes rerintikpun tak menjelma.

Seperti alam tengah bersabda, 4 Desember menjelma di Minggu malamnya. Isnin pun menyapa di sepertiga buana. Ada yang berkata; “empat desember itu datang dalam mimpiku,” sebagiannya lagi bertutur; “aku tahu ia akan datang bahkan sudah bersamaku, namun apa dayaku, apa yang kumiliki hari ini belumlah mampu untukku membuatnya bahagia .”

Bagiku, perasaanku tepatnya apa yang aku rasakan di Isnin malam di bulan Rabiul Awal, di bulan lahirnya sang baginda rasul, Muhammad SAW khatimil ambiya, aku merasa damai. Kemerdekaan itu datang merasuki jiwa, angin angin berhembus manja. Pohon kedondong, daun daunnya memayungiku dari embun.

Hitam kopiku semakin pekat di dalam gelas kaca, sesekali kubetulkan dudukku di atas kursi putih yang sandarannya sudah patah, rokok merahku tinggal setengah. Aku masih berdiam diri, hasrat hatiku begitu besar, ingin sekali aku bertanya kepada sang bulan, bahawa apa yang ia rasakan tak kala bintang seperti membiarkan ia sendiri di malam Isnin empat desember di tahun 2017 ini.

Tapi apalah dayaku, aku hanya manusia biasa. Percakapan itu pun tak akan pernah tersampaikan kepada bulan yang tak ditemani bintang, semalam. Hujan, memang tengah musimnya kini. Apalagi beberapa hari terakhir bahkan hampir tak reda, namun tadi malam, seakan ia memberi jeda. Adakala alam begitulah ia bersabda.

Setengah dari hari ini, aku sudah beraktifitas. Tak ada hujan dari semalam, empat desember yang datang ia tak kebasahan. Namun sekarang jarum jam yang ada di tangan kiriku, sudah menunjukkan angka 01:35 WIB siang menjelang sore. Hujan, kulihat keluar adalah hujan, tidak deras tapi rerintiknya bisa membuat basah. Begitu juga sinar matahari bersamaan menerangi hari, hujan ini. Aku di kedai kopi.


Syukri Isa Bluka Teubai, Banda Aceh, 4 Desember 2017. 

Post a Comment

0 Comments