Syukri Isa Bluka Teubai
Foto; Lodin LA
Aku Tak Bisa Diam Ma'afkanlah Aku
Aku pun tak tahu siapa diriku, di mana duniaku, bagiamana kelak akan sejarah hidupku diceritakan oleh anak anak dan cucuku, sungguh aku tidak tahu itu.
Aku tahu, tak kala pertama kali jasad kecilku keluar dari tubuh ibuku, ayah mengumandangkan azan di telinga kananku, aku adalah anak lelakinya.
Beranjak, ibu senantiasa mendoda idi diriku di dalam kain batik panjang ayunan, memperdengarkan aku selawat selawat nabi, dari ayunan ibu telah memperdengarkanku akan Allah SWT.
Aku sangat sangat tahu itu, bahawa Allah-lah Tuhanku, Muhammad, termulia nabi akhir zaman adalah nabiku. Bukan pada yang lain, tidak kepada yang lain.
Aceh, aku terlahir di atas tanah para aulia, Aceh, Aceh, di atas tanahnyalah aku terlahir. Ahlussunnah, aku hanya tahu itu, memuliakan hari lahir nabiku Muhammad SAW, aku tahu itu.
Aku tidak pernah melihat mereka mereka yang terdahulu, berpenampilan aneh aneh, mereka alim sekali, mereka sangat sangat mulia, mereka mereka itu orang orang yang keramat. Akan keramah dari Allah SWT, senantiasa mengalir kepada mereka mereka itu.
Aku tidak tahu yang lain selain daripada itu, aku tidak pernah melihat yang aneh aneh dari (penampilan) mereka. Hati ini sejuk dan damai tak kala melihat mereka. Tidaklah pernah sebaliknya.
Aceh, ma'afkan daku tak kala aku harus berkata, bahawa engkau sudah ternoda, aku juga punya sangat sangat banyak dosa, aku tahu diriku adalah manusia yang sangat banyak dosa.
Tapi, toh mah ini tak bisa lagi lekang di jiwa, sakitnya mental, tercampur sudah ke dalam budaya budaya yang itu bukanlah budaya, Aceh.
Aku tahu, diam itu adalah emas. Tapi yang berwarna kuning itu bukan semuanya dapat menyilaukan mata. Aku tak bisa berdiam walau nantinya banyak berkata kata akan jua banyak menuai kesalahan.
Aku tahu, orang orang Aceh sudah lama sakit "mentalnya" bahagi mereka yang sakit. Sudah banyak yang bangga padahalnya yang itu bukanlah kebanggaan yang sebenarnya.
"Sebenarnya, mudah sahaja, berkata katalah yang sejujurnya, tentang segala hal. Orang orang yang pandai sungguh mereka akan memahami dan tidak akan mepersualkan dan orang orang yang sebaliknya, akanlah kaudapati, mereka terdiam dalam seribu tiga warna yang kekuning-kuningan."
Aku, Syukri Isa Bluka Teubai, penyuka sastra.
0 Comments