Serius Dalam Bercanda (SDB) Bercanda Dengan Serius (BDS)

Syukri Isa Bluka Teubai, tengah membaca puisi di salah satu gedung di UIN Ar- Raniry, ditemani oleh pemusik Tanzil Te Woncheng. pada acara ulang tahun Prodi Bahasa Arab. Foto,lst.

Sahaja Kuliah
Oleh; Syukri Isa Bluka Teubai

Beberapa hari, berlalu sudah, aku di kampung dan sampai dengan beberapa hari ke hadapan ini, aku juga akan masih akan di kampung halamanku, iaitu kampung tercinta Bluka Teubai =Belukar Lebar= bahasa melayu.

Setiap berada di kampung, pastilah berbaur dengan mereka, orang orang yang selalu kubanggakan, anak anak muda yang mereka sudah pada masanya memikul tanggup jawab sebagai pemuda. Kami sering bertukar tukar cerita di kedai kopi.

Kali ini, ada hal yang benar benar menarik bahagiku, ingin kuceritakan kepada sekalian handai taulanku semua. Adalah perihal Menuntut Ilmu. Aku sengaja memancing mereka akanpada hal itu (menuntut ilmu).

"Tajak kuliah nyan, mangat that that keuh, bek kapikee le awak kah susah that tanyoe, menyoe tajak kuliah (kuliah itu asyik sekali, jangan kalian pikir kuliah itu susah)," aku mulai bercerita kepada mereka, anak anak muda, generasi bangsa, terutama mereka, generasi penerus sekalian kebaikan akan kampung tercinta.

"Tajak kuliah nyan, ken lage tajak ikula, ken lee lage geutanyoe jak ikula lage bak SMA, ken. Mangat that tanyoe jak kuliah (kuliah itu tidak seperti kita sekolah, tidak. Bukanlah seperti kita sekolah di Sekolah Menengah ke Atas, SMA, bukan)," aku terus berkata kata.

"Jet ta tameng ban yang galak teuh, ha'ek ta tameng jem phon, ta tameng jem ke dua dan lage lage nyan keuh. Hana so pih yang jak paksa paksa teuh untuk tameng lam ruang (masuk ruang itu suka suka kita, tidak sangup masuk jam pertama belajar, masuk jam ke dua dan seterusnya begitu. Tak ada yang memaksa kita untuk masuk ruang)," aku terus berkata kata, terus mencari cara supaya mereka tertarik.

Kerana, kulihat sangat banyak dari mereka mereka itu, hampir rata rata, sesudah selesai daripada sekolah menengah ke atas (SMA) tidak lagi melanjutkan belajar mereka ke jenjang selanjutnya, bahkan ada yang tamat di sekolah menengah pertama, SMP sahaja.

Sudah lama kuperhatikan, alasan itu bukanlah mutlak bersabab datangnya dari materi, bukan. Walaupun sebagian dari mereka dan termasuk diriku, yang bersabab dari materi materi itu.

Kerana aku perhatikan dari hari ke hari, dari dulu sampai dengan waktu kutuliskan harapku ini kepada mereka, di kesempatan waktu ini, Bluka Teubai, 15 Oktober 2017.

Bukanlah materi materi itu menjadi penghalang utama bahagi mereka untuk tidak melanjutkan belajar ke jenjang selanjutnya. Apalagi untuk tahun yang beberapa bulan lagi akan memasuki tahun 2018, kulihat akan perkembangan ekonomi sudah mulai berkembang di kampung, tidak seperti dulu.

Tapi orang tua, orang tuanyalah yang seperti membiarkan anak anak mereka terus begitu. Seperti dibiarkan sahaja mereka itu untuk tidak melanjutkan belajar ke jenjang selanjutnya. Kulihat adanya pembiaran di sana, ini yang mebuatku sedih.

Aku masih mendapati sampai dengan kesempatan ini, seperti itulah pola pikir mereka, masih seperti itu (cukup sudah anak anak itu selesai sekolah menengah ke atas sahaja), aku sangat sedih, bahkan sangat sangat sedih dengan keadaan yang sampai hari ini masih berlaku di kampungku.

"Maka awak droe keuh, sambilan kawet wet inoe, kajaklah kuliah. Hana jioh cot Tengku Ni nyan dari gampong tanyoe nyoe, menyoe bengeh teuh sige ge, hana ta the katroeh teuh ateuh cot nyan tajak ngen tapak, maka bek that peu laloe droe bak mita peng ilee (maka kalian, sembari bekerja di kampung, kuliahlah. Kampus Unimal itu tidak jauh dari kampung kita ini, jika sahaja sesekali waktu kita marah atawa apalah itu, tak pun terasa dengan berjalan kaki kita sudah sampai di kampus tersebut, janganlah terlalu fokus untuk mencari uang sahaja)," aku masih berkata kata. Belum seorang pun yang menyanggah kata kataku, maka aku harus terus berkata kata.

"Memang long kuakui, ku be 'et tabek menyoe awak kah mita peng, jeh, honda keuh ube ube raya kana. Hana meu medaleh pih ngen udep long jinoe beuthat pih long ka leubeh tuha daripada awak kah. Tapi menyoe dari segi peng dan kehidupan ka lheh that that sit ka keu awak kah, eh uroe nyoe (Memang kuakui, bahkan aku siap hormat kepada kalian dalam hal mencari uang, itu, kalian sudah punya motor gede. Jauh sekali bandingannya dengan hidupku sekarang ini walaupun aku lebih tua daripada kalian. Tapi dari segi kehidupan dan uang kalianlah yang terlebih, sampai dengan hari ini)," kataku lagi, lebih daripada sepuluh orang dari mereka masih mendengar kata kata yang keluar dari mulutku.

Kerana kedai di hadapan Meunasah kampungku itu tempat mereka, katakanlah anak anak muda berkumpul. Di sana pos mereka. Bahagi orang orang tua kedai persimpangan jalan, di sanalah tempat mereka itu bercengkrama.

Pada sa'at bercerita tentang menuntut ilmu di kesempatan waktu, aku harus memutar otak, supaya mereka harus mahu mendengar harapku dan tidak seorang pun dari mereka menjadi tersinggung nantinya oleh kata kataku.

"Mangat that tajak kuliah nyan, mangat that that meutuah eee, bit bit kuh, kiban yang galak geuta nyoe (kuliah itu asyik sekali, duhai adik adikku kuliah itu sangat asyik, benar kataku, bagaimana mahu kita)," kataku lagi.

"Eee,,, long ka long pateh pu yang neu peugah. Memang mangat that tanyoe jak kuliah nyan, hana so jak paksa paksa tanyoe inan, bit bit lage galak droe teuh. Hai bukti jih jinoe droe neuh! (iya,,, saya percaya apa yang abang bilang. Memang kuliah itu mengasyikkan, tak ada yang paksa paksa, benar benar sebgaimana kita mahu. Ya, buktinya sekarang abang, kan!)," salah seorang dari mereka tiba tiba menanggapi.

"Droe neuh jinoe, padum thon ka neu jak kuliah, padum thon ka? Ate kamo tanyeng oh neu woe u gampong kenoe, sabe sabe neu peugah hana beh beh lom kuliah neuh (abang, berapa tahun sudah abang kuliah, sudah berapa tahun? Tak kala kami bertanya, selalu sahaja jawaban abang sampai hari ini, belum selesai selesai itu kuliah)," itu kata salah seorang dari mereka.

"Pap ku geuh, peujet ka keuneng ateuh droe kuh teuman nyoe (aduh, aduh kenapa diriku yang menjadi bulan bulanan mereka sekarang ini)," aku berguman di dalam hati. Tapi, aku masih diam.

"Menyoe long sendiri memang ka long pateuh, tajak kuliah nyan memang mangat, hai, contoh jih ka long kaleun bak droe neuh (jika saya memang sudah sangat sangat percaya bahawa kuliah itu mengasyikkan, iya, contohnya ya, abang)," ia menyambung sedikit lagi kata katanya. Namun aku harus tetap diam dulu, tak mengapa diriku dikata katai.

"Ooo, bit beutoi nyan, mangat bit jak kuliah nyan (ooo, berarti, benar memang kuliah itu asyik)" jawab lagi salah seorang dari mereka.

"Hahaha," semua mereka tertawa serentak.

"That geupup dah geuh, ka ji peukhem droe kuh awak nyan (kacau sekali ini, mereka sudah menertawaiku)," gumanku di dalam hati lagi, tapi tak mengapa beberapa orang dari mereka sudah ada yang menanggapi dan mulai menyukai pembahasan kami di malam tersebut. Aku sudah menang satu langkah walaupun ditertawai.

"Nyan, oh lheh nyan. Ate ka abeh kuliah, cok i ijazah S1 nyan, kubah aju lam mari, beuget that bak meu kubah bek sampe ipajoeh le tikoh (itu nanti, sesudah selesai kuliah, simpanlah baik baik ijazah S1 itu di dalam lemari jangan sampai digigit tikus)," aku melihat siapa yang berbicara itu, dan rupanya yang tengah berbicara itu, ia adalah seorang yang tahun lalu baru sahaja mendapat gelar sarjana Strata Satu dari salah satu kampus yang ada di Lhokseumawe.

"Lage long, ka selesai kuliah ka eee, ka sithon yang ka u liket kalheh. Ka kujak u laot lom jinoe, nyan keuh nyan, maka bereh that jak kuliah nyan (ya, seperti diriku, sudah selesai kuliah, sudah selesai satu tahun yang lalu. Dan melaut lagi aku sekarang ini, kerana itulah, kuliah itu sangat perlu)," tambah pemuda yang tahun lalu baru sahaja usai daripada Strata Satunya tersebut.

"Ooo nyan, hana ku tuoh jaweb ilong, hana lom na solusi bak long menyoe droe keuh abeh kuliah kajak u laot loem, nyan hana solusi. Kerana droe kuh manteng ilong, galom seulesai kuliah (ooo jika itu masalahnya aku tak punya jawaban, sungguh aku tak punya solusi, jika selesai kuliah harus melaut lagi, itu tidak ada solusi. Kerana kuliahku sahaja, sampai sekarang ini belum juga selesai selesai)," jawabku. Dan sejenak hening.

Syukri Isa Bluka Teubai, penyuka sastra!

Post a Comment

0 Comments