Edi Saputra Pemuda Ganteng Dari Simpang Len

Edi Saputra @facebook.com

Edi Saputra, Rakanku yang Ganteng Dari Simpang Len

Aku tidak meminta izin terlebih dahulu darinya, kurasa tidak perlu. Nakeuh, sipalah dirinya itu? Hahahahahahha, aku bercanda! Adalah untuk menulis sedikit tentang rakanku ini, Edi Saputra dari Simpang Len, Muara Satu, Lhokseumawe. Ia seorang pemuda yang luar biasa, tidak pernah mengeluh dan selalu bercanda ria jika bertemu muka. Kutakan ia adalah seorang yang humoris.

Aku mengatakan dirinya seorang yang luar biasa, kerana saban hari ia merawat ibunya yang tengah sakit, ibunya sudah lama sekali sakit, berhingga beberapa tahun yang lalu sebelah akan kaki dari perempuan yang telah melahirkan Edi ke dunia ini harus diaputasi/amputasi (potong). Begitu juga dirinyalah yang menjaga sekalian adik adiknya, kerana ia anak lelaki pertama, ia tulang punggung bahagi keluarganya.

Ia pemuda yang gigih dalam bekerja, apa sahaja akan dilakukan, katanya, “yang penting halal, apa saja akan kulakukan demi membiayai, menghidupi keluargaku.” Aku juga salut padanya, ia tidak pernah berkata ini dan itu tentang ibunya yang sakit (mengeluh), tak kala tengah duduk poeh cakra bersama sama.

Aku tidak tahu, apakah pemerintah pernah membantu (membiayai ibunya yang tengah sakit, kerana tak tentu, sampai sekarang ibunya, sesekali waktu harus dibawa berobat ke rumah sakit), aku tidak tahu, apakah pemerintah (Aceh Utara/Lhokseumawe) sudah pernah atawa belum sekalipun pernah untuk membantu keluarganya, aku tidak tahu itu.

Ia sempat kuliah, namun tidak sampai selesai, keranalah biaya. Aku tidak habis pikir rakan, ia gagap dalam berbicara, tapi semasa kuliah dulu, mengambil jurusan dakwah, apa pasal ini? Aku tidak bisa membayangkannya. Setiap kali berjumpa dengannya, inilah persoalan utama yang selalu kami bahas, baru setelah itu, bercerita perihal yang lainnya.

Hufffffffffffff, tak kala aku menulis tentang dirinya, sekarang ini; orang orang di kedai kopi, (Ulee Kareng, Banda Aceh, di kedai kopi langgananku) terus memperhatikan diriku, kerana aku asyik tertawa sendiri. Tapi aku tidak peduli pada mereka, biarkan sahaja mereka menganggapku bagaimana!

Setiap aku pulang kampung (Bluka Teubai), selalu akan menyempatkan diri untuk bertemu dan bercanda dengannya. Kami orang orang yang suka bercanda. Walaupun begitu, aku tidak pernah masuk ke dalam rumahnya tak kala datang menjemputnya dari rumah, aku tidak sanggup melihat akan ibunya itu (sedih hatiku). Namun, dari luar pasti aku melihat sesekali ke dalam rumahnya, memperhatikan akan ibunya.

Ibunya itu, yang hanya terduduk sahaja. Tidak lagi bisa bekerja apalagi melakukan apa apa. Begitulah setiap kali aku ke rumahnya, hanya menunggunya di hadapan pintu rumah, menjemput dirinya sahaja, tapi tidak lupa bertanya akan bagaimana kesehatan ibunya.

Kemarin dan hari ini, kami terus terusan berkomunikasi. Aku tak tahan, setiap kali melihat wajahnya pasti akan tertawa sendiri, seperti hari ini. Ia mengupload foto baru dirinya di Facebook, aku pun langsung berkomentar, tidak perlu kukatakan di sini apa komentarku itu, lihat sahaja akun facebooknya @Edi Putra, aku sendiri tak tahan melihatnya. Sungguh, Edi itu tidak seganteng di foto itu rakan, tidak!

Apalagi jika membayangkan tentang dirinya, “amazing lah pokoknya,” harus kukatakan itu rakan, harus. “Edi, kamu akan menjadi artis hari ini, setidaknya kamu adalah artis bahagiku. Janganlah pernah bosan menjaga ibumu, adik adikmu dan ingat, pada waktunya; kita akan mendapati apa yang kita cita citakan; Allah SWT, bersama kita, rakan!

Syukri Isa Bluka Teubai, aku rakanmu yang benar benar ganteng Edi, ha ha ha!

Post a Comment

0 Comments