Status Biasa

Syukri Isa Bluka Teubai
Foto@M Nazar

Status Biasa
Oleh: Syukri Isa Bluka Teubai

Sampai hari ini, masih sahaja bergelut dalam kehidupan. Dan terus mengharapkan, mencari kemewahan bahpun itu hasil curian. Anak anak terus disekolahkan, tiada peduli uang itu dari hasil rampokan. Bagaimana ia akan menghadapi masa masa di hadapannya dengan kemandirian diri yang mantap. Sedangkan apa yang ia makan adalah dari orang tuanya berbuat begitu.

Jangan munafik, banyak dari manusia di zaman sekarang hanya mengisi waktu senggang plus menjamu kebosanan hanya dengan keangkuhan, memuliakan diri sendiri dengan cara yang sudah berlebihan. Walau kadang terlihat semua yang dilakukan itu atas azas keihklasan, namun semua itu adalah kepura puraan. Sungguh, masih sangat sangat banyak yang perlu dipikirkan dan dilakukan.

Jika kita orang, sudah menjadi tampuk di pohon kelapa, niscaya beri kesempatan kepada mereka untuk mencapainya jua. Jangan selalu berburuk sangka, sembari mengguman di dalam hati “Akulah yang paling benar dan mulia!” Keegoisan di dalam diri perlu dikontrol bahkan sesering mungkin, jika anda adalah orang orang bodoh yang masih sering berguman demikian!

Dan bila berkesempatan, sudah sangat pasti digunakan untuk sendiri, anak, keluarga yang akan diutamakan. Ingat, masih sangat sangat banyak mereka yang pantas diposisikan dan mereka berprofesi dalam keuletan. Hal hal semodel inilah yang sering membuat kita akan  jatuh bahkan bisa tertimpa akan tangga pula. Bahawa tiada akan lucu, jika satu keluarga yang dipenjara.

Kenapa tiada yang mahu membela, menemani. Diketika saudara apalagi sepupu anda melakukan kesalahan. Tetapi kenapa kita yang harus berdiri dan membelanya di hadapan orang lain itu. Di sa’at seperti ini, sungguh tiada akan ada yang peduli. Dan sudah banyak pengalaman, mungkin. Tentang hal yang seperti demikian itu. Kenapa juga anda masih mengulang kesalahan, kebodohan yang sama, tiadakah anda sadar diri?

Jadikanlah setiap apa yang dilakukan dalam hari hari bersama kehidupan, apa sahaja. Jadikan itu sebagai kiblat percontohan. Jangan berpikir “Aku adalah seorang pejabat negara, orang kaya, tiada pantas mengutip sampah.” “Aku seorang akademisi senior bahkan petir sahaja takut denganku, untuk apa harus menghormati ia yang sekolah dasar (SD) sahaja tiada lulus.” “Aku seorang apalah itu namanya,” janganlah demikian duhai manusia. Jangan!

Bagi anda para pemimpin. Jangan cuma hanya membaca sahaja bagaimana, apa itu pilar kepemimpinan, berapa macam tangga tangga kepemimpinan dan hal yang semacam dalam kepemimpinan. Tetapi prilaku, sungguh sangat jauh berbeda dari apa yang sudah dibaca, dipelajari, bahkan sudah mendarah daging di diri.

Dalam hal pengaplikasiannya jauh sangat berbeda dengan semua itu. Dan jangan yang lain jua harus mengikuti bagaimana pola kita, padahal dalam mempelajari itu jauh jauh hari kita telah silap dalam satu arti. Terus begitu sangat berambisi untuk yang lain mengikuti kesalahan serupa. Bahkan memvonis, “Wajib seperti ini! Apabila tiada, jangan berharap untukmu kuberpihak.” Itu kata kata bajingan iblis yang berupa manusia.

Kita semua pasti sangat menyayangkan tentang apa apa sahaja yang telah terjadi, dan kesalahan kesalahan yang disengaja, terdahulu dicipta oleh mereka yang berupa manusia. Sekarang marilah berproses dan kita tantang sesiapa sahaja yang mengharuskan kita berbuat seperti mereka (dalam hal negatif).

Mari pemuda, di tangan kita sekarang bangsa ini teramanahkan. Di mana engkau wahai pemilik hati, jangan lagi berdiam diri. Memang mereka akanmu sangat dibenci tapi mari bangkit, lawan lupa dan beritahu mereka, bahawa besok atawa lusa mereka pasti akan mati jua. Kerana mereka juga seperti kita, manusia!


 Syukri Isa Bluka Teubai, Penyuka Sastra.

Post a Comment

0 Comments