Cita Citaku Berbeda

Foto; Docpribadi

Yang Aku Punya Hanya Cita Cita

Dibesarkan di perkampungan pesisir pantai Dewantara, di ujung Pulau Sumatera, bukan berarti tidak boleh punya keinginan yang besar, aku sudah bercita cita dari dulu. Dan detik ini aku sudah punya tulisan, buku buku puisi, buku buku cerpen, novel walau baru setengah jadi.

Walau kesemua itu masih berbentuk naskah, belum dicetak. Terutama aku tidak, belum punya biaya untuk mencetak buku buku itu supaya menjadi nyata di hadapan mata. Tapi tak mengapa, semangatku terus kupacu, aku tak pernah peduli apa yang dikatakan orang orang untukku.

“Untuk apa kauhabiskan waktumu hanya untuk mencoret coret kertas kosong yang kaubawa, tidak ada gunanya. Waktumu habis dan usiamu semakin tua.” Begitulah mereka berkata.

“Sungguh itu tak ada guna sama sekali, kerjakan sahaja pekerjaan yang menghasilkan uang bagimu, bukan menulis, bukan. Dan setelah kautulis sesuatu mahu kaubawa ke mana?” Mereka juga pernah berkata demikian.

Namun, apa peduliku terhadap apa yang dikatan oleh mereka tersebut. Kupinjam kata kata indah dari Thayeb Loh Angen, yang dirinya juga sebagai salah seorang inspirasiku; “yang penting mereka tidak memakai mulutku untuk berkata ini dan itu untukku.”

Walaupun sampai dengan detik ini, tulisan tulisanku itu belum satupun menjadi buku di hadapan mataku, sungguh tidak apa apa. Kerana aku yakin, bila waktu telah berpihak kepadaku, semua akan berlaku untukku.

Memang sampai hari ini aku belum punya apa apa, selain cita cita yang masih menggebu gebu di dalam diriku. Dan aku juga tidak akan peduli kepada mereka yang berkata ini dan itu untukku, lihatlah siapa aku suatu hari nanti.

Dan aku yakin mereka akan menjumpaiku dan berkata; “ aku adalah penggemarmu kawan!”

Begitu juga dengan tulisanku ini, aku sangat yakin, suatu waktu akan menjadi cerita di dalam sejarah kehidupan mereka.

Aku, Syukri Isa Bluka Teubai.


Post a Comment

0 Comments