Dina Rizki dan ibunya, foto @Nyakman Lamjame.
Dina Rizki Kenapa Aku Yang Merasa
Kesakitan Ketika Melihatmu
Oleh; Syukri Isa Bluka Teubai
Sekilas jika kita melihat anak perempuan
yang bernama Dina Rizki, umur delapan tahun tersebut, jika ia tengah duduk di
dalam pangkuan ibunya, biasa biasa sahaja tidak ada perbedaan daripada anak anak yang
seumuran dengannya.
Namun apabila sudah kita perhatikan
barulah ada perbedaan darinya, ia tidak bisa berbicara seperti kita, orang
normal berbicara. Tidak juga bisa berjalan, karna ia mengalami kelainan sejak
bayi. Ia terlahir normal seperti bayi bayi lain.
Namun ketika umurnya; jika tidak salah saya
12 bulan (saya sudah lupa, padahal dua hari yang lalu, hari Jum’at sore. Bang
Nyakman Lamjame sudah memberi tau saya di umur berapa Dina Rizki baru mengidap
penyakit tersebut, waktu itu saya pergi untuk bertemu bang Nyakman yang
kebetulan ada Dina di sana).
“Ia bukan bisu, mungkin pita suaranya
saja yang bermasalah. Karna kalau bisu, suara pasti tidak demikian,” pemuda
yang saya jumpai itu berkata kepada saya.
Lalu saya teringat dengan cerita seorang
perempuan Amerika Serikat yang baru beberapa hari terakhir, cerita tentang
wanita hebat tersebut saya postkan di blog saya ini; iaitu perempuan luar biasa Adam
Helen Keller. Ia mengalami hal yang sama, tidak bisa berbicara, tuli dan suka
marah marah di waktu kecil.
Begitulah dikisahkan di dalam cerita Adam
Helen Keller yang sudah beberapa tahun yang lalu saya baca. Karna itulah saya
beranggapan bahwa penyakit Dina itu sama dengan apa yang dialami oleh perempuan
Amerika tersebut.
Semoga saja Dina cepat sembuh dari
sakitnya itu, kemarin saya sempat mencandainya; saya senyum kepadanya sambil
lidah dari mulut saya saya keluarkan untuk mencandainya, ia tau saya
mencandainya dan ia malu malu, memeluk ibunya, berpaling muka dan tersenyum
sendiri.
Tapi Dina, tidak marah marah, tidak
membanting dan membuang apa yang ada di dekatnya. Ia hanya tau tersenyum karna
itu yang bisa kita pahami dari dirinya.
Sedangkan pada yang lainnya ia tidak tau,
karna kita yang tidak tau pada apa yang diminta olehnya, adakah ia merasakan
sakit atau tidak kita tidak tau itu.
“Kalau kita bawa dia (Dina Rizki) ke
kedai untuk membelikannya makanan, kita tidak tau apa yang disukainya. Kalau anak
anak yang lain pasti akan menunjuk makanan yang disukai, tapi Dina tidak, ya,
kita belikan apa saja dia mau,” tutur ibunya kepada saya.
Kini Dina Rizki dan ibunya berada di
sebuah penginapan di jalan Sepat, Lamprit, Banda Aceh. tepatnya di hadapan
Sekolah Dasar Negeri 35. Untuk menunggu pemeriksaan selanjutnya dari tim dokter
rumah sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.
Di tempat singgah bagi anak anak pengidap
kanker, tumor dan lainnya itu, saya juga melihat beberapa orang anak yang
seumuran dengan Dina Rizki, yang mereka itu juga tengah sakit.
Saya melihat seorang anak lelaki, di
mulutnya ada tumor dan sudah membengkak. Namun ia tetap berlari larian dan
bermain dengan ceria di areal singgah tersebut.
Saya membatin; “apakah anak itu tidak
merasakan sakit daripada tumor yang sudah membengkak di mulutnya itu?” saya
tidak punya Smartphon, kalau ada sudah saya fotokan dia, supaya anda juga bisa melihat
bagaimana tumor yang ada di mulutnya itu.
Pukul 18:41 WIB di sore menjelang magrib hari Jum'at tersebut, sayapun pamit dan pulang
dari tempat singgah yang ada di Lamprit tersebut.
Syukri Isa Bluka Teubai, Penyuka Sastra.
0 Comments