Ilustrasi@Syukriisablukateubai
Elegi Cinta Tiada Penghujung
Oleh: Syukri Isa Bluka Teubai
...Mencari Ketenangan...
Keinginannya
menjadi orang hebat sangatlah besar, ia menyadari bahawa hidup di dunia ini
bukan hanya untuk makan, minum, bekerja dan memperkaya diri apalagi untuk menzhalimi
sesama makhluk. Akan tetapi, apa yang bisa diberikan kepada orang-orang yang
ada disekitar bahkan kepada dunia sekalipun. Sungguh mimpi pemuda itu sangatlah
besar.
Ia
mempunyai banyak rakan dan tiada pernah menganggap ada musuh di dalam hidupnya,
kerana kepada siapa sahaja ia tiada pernah menaruh rasa iri, benci, khianat dan
lain sebagainya. Mudah dan suka berkawan, tiada banyak bicara jikalau tiada
perlu. Setiap bertemu dengan rakan baru, yangmana orang tersebut adalah rakan
dari sekalian rakannya, dengan serta merta ia hanya mendengar percakapan
mereka.
“Aku berkata demikian untuknya, kerana
aku memang tahu bagaimana ia yang sebenarnya. Ia bukan seorang sosok yang mudah
untuk menceritakan tentang hal pribadi dirinya kepada orang lain,” Mahlil, rakan
karib sang pemuda tersebut berguman sendiri, ia tengah beristirahat di atas
kasur di dalam biliknya.
Rakan
karib itu adalah orang kepercayaannya, Muksal dan Mahlil, mereka sudah sangat
dekat bahkan keluarga keduanya pun sudah menjadi saudara. Sering bertukar
pikiran, berbagi cerita dan membahas segalanya. Hanya kepada seorang rakan
tersebut, ia sangat leluasa menceritakan segalanya.
Kadangkala
pemuda yang sudah memilih jalannya tersebut, iaitu mengurung diri di dalam
bilik rumah orang tuanya. Dicandai oleh rakan-rakannya, baik oleh kerana
kata-katanya. Yang dianggap oleh rakan-rakan yang lemah pikirannya itu, bahawa
apa yang dikatakan oleh pemuda tersebut merupakan kemustahilan yang nyata.
Namun
tukang mimpi itu tiada pernah berputus asa dan di kala seorang rakan
menyanggahnya, sebuah senyuman manis pasti selalu menganga dari mulut wajahnya
itu. Namun sekarang ia sudah memilih jalannya, yang namun setiap sesuatu pasti
sudah dipertimbangkan matang-matang sebelum ia melakukan hal tersebut.
“Sudah sepekan masa aku belum
mengunjunginya, setelah seminggu yang lalu menghabiskan malam bersamanya, aku
sangat kasihan padanya. Sungguh tiada bisa kusembunyikan rasa khawatirku ini
bila bertemu muka dengannya. Ia adalah seorang yang hebat, berwawasan luas, aku
sangat yakin bahawa suatu sa’at, waktu akan membuktikannya!” Rakan itu masih
berguman sendiri.
“Ketika seseorang mengagumimu, ingin
berteman denganmu. Dan ketika engkau sudahpun berteman dengannya, buatlah ia nyaman,
buktikan bahawa dirimu adalah seperti apa bahkan melebihi dari yang dipikir
olehnya dahulu. Jangan di ketika mereka sudah berteman denganmu, mengetahui
bagaimana dirimu. Malahan akan menjauhimu sejauh mungkin. Jangan pernah begitu,
jika memang ada yang seperti itu. Sering-seringlah merenungi perangaimu, kenapa
bisa begitu!” Mahlil, mengulang kata-kata nasehat pemuda pemimpi itu.
Ia sering
membaca kata-kata yang ditulisnya di selembar kertas buku tersebut dan suka
membacanya bila ia tengah sendiri. Ia juga selalu berdo’a kepada Allah SWT,
senantiasa Muksal akan selalu dalam lindungan-Nya. Semoga sahaja Muksal segera
menemukan ketenangan untuk jiwanya itu. Dan akan beraktifitas seperti sedia
kala.
“Tuhan, hanya kepadamu aku meminta.
Pulihkanlah segera rakanku itu, aku tiada sabar lagi untuk melihat kejayaannya
di atas dunia-Mu ini,” Mahlil berguman di dalam hati, dengan do’a yang
bersahaja. Ia pun beranjak dari biliknya.
...Sekian...
0 Comments