
Perjalanan Melewati Batas Impian
Oleh: Syukri Isa Bluka Teubai
Sejak
perkenalan yang tiada disengaja itu terjadi, dengan begitu cepat semua akan
kisah cintanya telah terlukis untuknya. Kini sang sosok penentram itu telah
menyatu bersama sekalian rasa yang ada di dalam diri.
“Tiada tahu harus memulai dari mana akan
cerita ini. Inginku menceritakan kebahagiaan akan kebahagiaan untuk percontohan
akan sekalianmu kawan,” Aray nama kerennya dan ia yang tengah bersenandung itu.
“Seringlah dipanggilnya akanku dengan
nama itu. Bahpun semula kupaksakan mereka untuk sekaliannya memanggil begitu
akan nama untukku,” Aray pun tertawa kaku sembari tubuhnya ikut bergetar kerana
mengingat pada kisah lucu terhadap nama panggilannya itu.
“Inikan nama keren, kalianpun ada nama
keren untuk mengisi kejenuhan,” Ia yang berkata demikian dalam candanya yang
bersahaja di malam Rabu berkasih tersebut. Mereka tengah duduk di Pos Jaga di kala
waktu.
Adalah Aray,
sapaan untuknya. Segudang pengalaman berada padanya, sehingga sampailah diri
terlupa akanpada semua itu. Ia memang seorang yang pelupa, akan melupakan
kata-katanya walau baru sahaja ia katakan.
“Kalian boleh berkata sesuka hati untuk
semua kisahku ini,” tuturnya lagi kepada rakan-rakan yang ada di tempat itu.
Unik,
seperti adanya ia berlaku. Keikhlasannya tiada yang belum bisa menyaingi,
seperti hatinya itu berbalut lumut kasih-sayang apalagi pada perangainya.
Selalu merendah dalam hal kesetiaan dan menjadilah itu kekhasan dirinya dalam
keseharian, dan tiada jauh dari keunikan.
“Teringatku akanpada masa itu dan setiap
sa’at di dalam hidup ini, yang mungkin tiada akan terlupakan bahpun sepanjang
masa terlewati. Bahawa malam itu bumi berguncang, tepat pada waktu subuh
beberapa tahun lalu,” Aray mengingat kisah pilunya.
Tiada
bisa terbayangkan, untuk perhatian akan keluarga kekasihnya itu. Perlakuan yang
sangat bersahaja untuk Aray selalu dituju. Setelah bumi terguncang pada subuh
itu.
“Ddddddrrring.........,”
Hp di kantong celananya berbunyi, dengan segera diambil dan menjawab akan
panggilan telpon itu.
“Kiban
Ray, kiban inan nyak, hana kejadian sapu pih ken, Aray hana pu-pu ken?
(Bagaimana Ray, di sana bagaimana menantuku, tidak berlaku apa-apa pun kan terhadapmu
di situ, Aray tidak apa-apa kan?)” Suara seseorang bertanya padanya setelah
goncangan itu.
“Air-air
tiada terasa mengaliri pipi ini, hanyut terbawa elegi gempa bumi, ditambah lagi
oleh perhatian calon mertuaku.” Aray terharu bisu dalam guman qalbunya itu, ia
terus bercerita kepada sekalian mereka di malam Rabu tersebut.
Sungguh
akan kenyataan tentang perhatian mereka itu untuknya. Wamule nama lengkapnya. Adalah
calon mertua yang menelponnya tadi.
Dan ia
mulai mengenang lagi tentang kasih, kisah cintanya dan pernah tersebar, nakeuh
akanpada berita. Bahawa kisah itu bak cerita cinta Habibi dan Ainun. Air
matanya membasahi lagi muka berhidung mancung itu, wajah kekasih sang Ainunnya
bermain di hayalan mata pikirannya. Dia mengharu kasih dalam kebiruan laut yang
berombak.
“Dengarlah
ceritaku, Epi adalah Ainunku terserah kalian tentang bagaimana menilai akan
penilaian itu. Takkan kuambil pusing akan kepala ini,” Aray terbatuk-batuk,
rakan-rakan itu belum ada yang berkata-kata. Mereka masih mendengar ceritanya
sahaja.
Dari
kisah cinta itu, semula ia menjatuhkan busur panah asmaranya kepada kakak si Epi
yang bernama Jani. Namun realita berkata pada kenyataan. Dan sekarang berlaku
akan kejadian.Tersebutlah Epi di mulut dan melekat di hatinya itu, bukanlah
Jani. Aray memberi tumpangan tangan akanpada kepalanya itu. Sungguh beban
terpikirlah sembilu.
Dan
setelah kejadian demi kejadian telah berlaku dan sekarang ianya bersama waktu
yang memihak padanya, Aray, lagi dan lagi Epi.
Adalah waktu
dan sekarang Aray sudah menjadi suami dari kekasih haramnya terdahulu Epi Malika
nama perempuan kabut itu.
“Aku
sangat bahagia bersamanya, bukan hanya untuk percuma dahulu mempertahankannya.
Kini sungguh Aku merasakan perjuangan yang tiada pernah habis-habisnya,” senyum
merekah di wajah bahagianya sembari mengakhiri sekilas cerita pasti yang masih seperti
di dalam mimpi itu.
Sekalian rakan-rakan
yang masih berada di Pos Jaga pada malam Rabu tersebut, barulah berkata-kata
setelah Aray selesai bercerita tentang kisah dan perjuangan hidup yang
memperjuangkan cinta, berhingga sampailah ia berumah tangga dengan si perempuan
yang dipertahankannya tersebut.
0 Comments